Belajar atau tidak, terserah!



Pernyataan Guru: “Kalau Mau Belajar, Belajar. Kalau Tidak Juga Tidak Apa-Apa”

Analisis, Dampak, dan Pandangan Para Ahli

Pendahuluan

Guru adalah figur sentral dalam proses pendidikan. Setiap ucapan, sikap, dan tindakan guru memiliki pengaruh besar terhadap motivasi, karakter, dan hasil belajar siswa. Namun, tidak jarang muncul pernyataan dari seorang guru yang cenderung pasif, misalnya: “Kalau mau belajar, belajar. Kalau tidak juga tidak apa-apa.”
Pernyataan ini terdengar sederhana, tetapi memiliki konsekuensi mendalam terhadap psikologi dan motivasi siswa. Artikel ini membahas makna di balik pernyataan tersebut, dampaknya bagi peserta didik, serta pandangan para ahli pendidikan.


Analisis Pernyataan

Pernyataan guru tersebut bisa dipahami dalam dua sisi:

  1. Sisi Positif (Memberi Kebebasan)

    • Guru mungkin ingin menekankan kemandirian belajar. Siswa diajak bertanggung jawab atas dirinya sendiri, bukan sekadar dipaksa.
    • Dalam perspektif andragogi (meskipun konteksnya biasanya orang dewasa), pembelajar yang mandiri akan lebih menghargai proses belajar.
  2. Sisi Negatif (Kurang Tanggung Jawab)

    • Pernyataan ini bisa diartikan sebagai sikap lepas tangan terhadap kewajiban mendidik.
    • Siswa, terutama di jenjang dasar dan menengah, masih membutuhkan bimbingan, motivasi, dan penguatan dari guru.
    • Dikhawatirkan, ucapan ini menurunkan semangat belajar siswa, terutama yang motivasi internalnya lemah.

Dampak bagi Siswa

  1. Motivasi Belajar Menurun
    Menurut teori Self-Determination Deci & Ryan (1985), motivasi siswa terbentuk dari kebutuhan akan kompetensi, otonomi, dan keterhubungan. Jika guru tampak acuh, siswa bisa merasa “tidak penting” sehingga motivasinya menurun.

  2. Munculnya Sikap Acuh pada Pendidikan
    Pernyataan guru dapat memicu sikap permisif: siswa menganggap belajar tidak wajib dan mudah untuk diabaikan.

  3. Kemandirian yang Salah Kaprah
    Bagi sebagian siswa yang kuat, ucapan itu mungkin memicu tanggung jawab mandiri. Namun, bagi mayoritas, justru menjadi alasan untuk bermalas-malasan.


Pendapat Para Ahli

  1. Ki Hajar Dewantara
    Beliau menekankan prinsip ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Guru harus menjadi teladan, penggerak semangat, dan pendorong. Ucapan “tidak apa-apa kalau tidak belajar” bertentangan dengan peran mangun karso dan handayani.

  2. Lev Vygotsky (Teori Sosial Kognitif)
    Vygotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi sosial dengan “more knowledgeable other” (guru, orang tua, teman). Guru yang pasif kehilangan peran sebagai pendamping utama dalam zone of proximal development (ZPD).

  3. Albert Bandura (Teori Belajar Sosial)
    Bandura menjelaskan bahwa perilaku siswa banyak dipengaruhi oleh observasi terhadap figur otoritas. Jika guru menunjukkan sikap tidak peduli, siswa bisa meniru dan menurunkan standar belajarnya.

  4. John Dewey (Filsafat Pendidikan Progresif)
    Dewey menekankan pentingnya pengalaman belajar yang bermakna. Pernyataan guru yang cenderung menyerah pada minat siswa berisiko membuat proses belajar kehilangan arah dan makna.


Refleksi dan Rekomendasi

Pernyataan guru: “Kalau mau belajar, belajar. Kalau tidak juga tidak apa-apa” sebaiknya ditinjau ulang. Meski berniat menekankan kemandirian, kalimat itu bisa melemahkan motivasi siswa. Guru tetap perlu:

  • Menggunakan bahasa positif: “Saya percaya kalian bisa belajar dengan baik, ayo manfaatkan kesempatan ini.”
  • Memberikan motivasi dan contoh: karena siswa meniru sikap gurunya.
  • Membangun tanggung jawab belajar bertahap: bukan dengan menyerahkan sepenuhnya, tetapi dengan pendampingan yang proporsional.

Kesimpulan

Ucapan guru memiliki kekuatan besar dalam membentuk pola pikir siswa. Pernyataan “belajar atau tidak belajar, tidak masalah” bisa dimaknai ganda: sebagai dorongan kemandirian atau sebagai tanda kelalaian. Para ahli pendidikan sepakat bahwa guru sebaiknya tetap aktif memberikan dorongan, inspirasi, dan teladan agar siswa tumbuh dengan motivasi dan semangat belajar yang sehat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH WAWANCARA GURU DAN SISWA

Contoh Rencana Kegiatan Sekolah (RKS)

Ciri-Ciri Guru yang Enggan Mendampingi Peserta Didiknya di Sekolah