beda syair, puisi dan pantun
Perbedaan Puisi,
syair, sajak dan pantun
SAJAK
Kata sajak dikenal dalam kesusastraan Indonesia. Penggunaan istilah ini sering dicampuradukkan dengan puisi. Padahal, puisi berasal dari bahasa Belanda, dari kata poezie. Dalam bahasa Belanda, dikenal dengan istilah gedicht.
Kata sajak dikenal dalam kesusastraan Indonesia. Penggunaan istilah ini sering dicampuradukkan dengan puisi. Padahal, puisi berasal dari bahasa Belanda, dari kata poezie. Dalam bahasa Belanda, dikenal dengan istilah gedicht.
Dalam bahasa Indonesia (Melayu) hanya
dikenal istilah ini mengandung arti poezie maupun gedicht sekaligus. Istilah
puisi cenderung digunakan untuk berpasangan dengan istilah prosa, seperti
istilah poetry dalam bahasa Inggris yang dianggap sebagai salah satu nama jenis
sastra.
Dengan demikian, istilah ini lebih
bersifat khusus, individunya, sedangkan puisi lebih bersifat general, jenisnya.
Sajak adalah puisi, tetapi tidak
sebaliknya. Puisi bisa saja terdapat dalam prosa seperti cerpen, novel, atau
esai, sehingga orang sering mengatakan bahwa kalimat-kalimatnya puitis
(bersifat puisi). Menurut Putu Arya Tirtawirya, puisi menjadi suatu
pengungkapan secara implisit, samar, dengan makna yang tersirat, dimana
kata-kata condong pada artinya yang konotatif.
Sajak memiliki makna lebih luas. Tidak
sekadar hal yang tersirat, tetapi sudah menyangkut materi isi puisi, bahkan
sampai pada efek yang ditimbulkan, seperti bunyi. Karenanya, ia terkadang juga
dimaknai sebagai bunyi. Pada hakekatnya, ia mengundang kata berasosiasi. Tidak
berinterpretasi, bertafsir-tafsir.
Bagi Subagio Sastrowardoyo, ia adalah
apa yang lahir setelah ‘malam yang hamil oleh benihku. Adalah bayi yang
dicampakkan ke lantai bumi. Sajak seperti anak haram tanpa ibu membawa dosa
pertama di keningnya.
Sedangkan Subagio Sastrowardoyo
berpendapat bahwa sajak berguna untuk mengingatkan kita pada kisah dan
keabadian. Melupakan kepada pisau dan tali. Melupakan kepada bunuh diri.
Sajak bagi Chairil adalah alamat kemana
ia menuju setelah lari dari gedong lebar halaman, dan ketika tersesat tak dapat
jalan.
Sajak bagi Goenawan Mohamad adalah
catatan kita bagi dingin yang tak tercatat pada termometer. Ketika kota basah,
angin mengusir kita di sepanjang sungai, tapi kita tetap saja di sana.
Mengamati, mencatat. Seakan gerimis raib dan kita saksikan cahaya berenang
mempermainkan warna. Ia adalah ketika kita merasakan bahagia meski tak tahu
kenapa.
Tema tentang sajak, baik tersurat
guratnya atau hanya tersirat seratnya, atau bahkan cuma bisa kita tafsirkan
saja salah satunya, hampir selalu ada ditulis oleh setiap penyair. Mungkin ini
sebagai wujud kekariban. Atau persembahan untuk ia sendiri.
Ketika menggubah sajak, maka juga
terkandung makna hidup yang dihayati oleh penyair. Ya, karena ia adalah
kehidupan. Keduanya sangat dekat. Keduanya saling ada di dalam keduanya: ia ada
dalam kehidupan dan kehidupan ada didalamnya. Ia adalah alat yang bisa sangat
bermanfaat untuk merumuskan rumit dan samarnya kehidupan.
Sitok Srengenge, menerjemahkan apa
peran sajak dan penyair bagi hidupnya dan kehidupan manusia. Sebenarnya selalu
ada yang puisi dalam segala sesuatu yang bukan puisi. Dan peran luhur
kepenyairan bisa dijalankan oleh siapa saja yang bukan penyair.
Sebaliknya penyair yang mengaku paling
penyair pun bisa saja menempuh jalan lenceng: keluar dari jalur luhurnya, tak
lagi menjadi dan menjadikan rahasia dalam kata, tak lagi menjelma dan
menjelmakan tanda atas fana.
Pantun merupakan salah satu
jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara, pada
umumnya terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab),
dan biasanya tiap baris terdiri atas empat perkataan.
Kata ini mempunyai arti ucapan yang
teratur, pengarahan yang mendidik, namun juga bisa berarti sindiran.
Dalam bahasa Jawa, biasa dikenal dengan
nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Pada mulanya ia
merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga bentuk yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua
bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, yang seringkali
berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya). Dua
baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari dibuatnya karya sastra
ini.
Karya sastra ini dinilai baik jika
terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, biasa disebut pantun
sempurna atau penuh. Sedangkan pada yang kurang baik, hubungan tersebut
semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi, dan disebut tak penuh atau
tak sempurna.
Karena sampiran dan isi sama-sama
mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, “sampiran dapat
menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran.”
Pantun yang sering dipakai berisi dua
baris dan empat baris. Karmina dan talibun merupakan bentuk turrunannya, karena
memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan versi pendek (hanya dua
baris), sedangkan talibun adalah versi panjang (enam baris atau lebih).
Pantun adalah genre sastra tradisional
yang paling dinamis, karena dapat digunakan pada situasi apapun. Dalam
kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, ini termasuk jenis sastra lisan yang
paling populer.
Penggunaannya hampir merata di setiap
kalangan: tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dan
sebagainya. Dalam praktiknya, ia diklasifikasi ke dalam beberapa jenis yaitu,
Nasihat, Berkasih Sayang, Suasana Hati, Pembangkit Semangat, Kerendahan Hati,
Pujian, Teka-teki, Terhadap Perempuan, dan Jenaka.
Pantun juga berfungsi sebagai bentuk
interaksi yang saling berbalas, baik itu dilakukan pada situasi formal maupun
informal. Pada masyarakat Melayu mengalir berdasarkan tema apa yang tengah
diperbincangkan.
Ketika seseorang mulai mengucapkan
karya sastra ini, maka rekan lainnya berbalas dengan tetap menjaga tali
perbincangan. Pada situasi formal, digunakan ketika meminang atau pembukaan
sebuah pidato, sedangkan pada situasi informal seperti perbincangan antar rekan
sebaya.
Berikut tips dalam menulis pantun :
1. Tentukan tema dan isi
2. Pilih dan tuliskan baris kaliamat
yang akan Anda jadikan sampiran, dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap
baris dan persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas
8-12 suku kata. Persajakan sampiran adalah A-B.
3. Tuliskan baris kalimat yang
merupakan isi pantun dengan mempertimbangkan jumlah suku kata tiap baris dan
persajakannya. Jumlah suku kata dalam satu baris/kalimat terdiri atas 8-12 suku
kata. Persajakan sampiran adalah A-B. Pengungkapan isi harus memiliki
keselarasan bunyi dengan sampiran.
Puisi adalah susunan kata yang indah, bermakna, dan terikat konvensi (aturan) serta unsur-unsur bunyi. Ciri umumnya adalah bahasa yang padat, penuh metafor.
Biasanya, ini dijadikan sebagai media
untuk mencurahkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan kesan terhadap suatu
masalah, kejadian, dan kenyataan di sekitar kita.
Siapapun bisa menulis puisi dengan
berbagai cara dan dapat dilakukan kapan saja. Biasanya kepekaan hati memiliki
peran penting disini. Maka, bentuk tulisan ini juga sering diartikan sebagai
ekspresi hati.
Berikut tahapan dalam membuat puisi:
1. Pencarian ide
Kumpulkan atau gali informasi melalui
membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian atau peristiwa, pengalaman
(pribadi), social (masyarakat), ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).
2. Perenungan
Memilih atau menyaring informasi
(masalah, tema, ide, gagasan) yang menarik dari ide yang didapat. Kemudian
memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan
pengetahuan yang dimiliki.
3. Penulisan
Inilah proses yang paling rumit,
mengerahkan energi kreatif (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi(peka
rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah,
tahap penulisan hendak mencari dan menemukan kata ataupun kalimat yang tepat,
singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut menjadi
bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.
4. Perbaikan atau revisi
Baca kembali karya yang telah Anda
ciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat,
baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian, mengubah, mengganti, atau menyusun
kembali setiap kata atau kalimat yang tidak atau kurang tepat.
Biasanya, proses revisi atau perbaikan
ini memakan waktu lama, hingga puisi tersebut telah dianggap jadi dan tidak
lagi dapat diubah atau diperbaiki oleh penulisnya.
Untuk mahir berpuisi, maka Anda harus
terbiasa dan akrab dengan kegiatan membaca. Apapun yang Anda baca, Anda harus
melahapnya dalam porsi lebih. Hal ini untuk memunculkan kreatifitas pandang
pikir.
Selain itu, Anda juga harus mampu
membaca segala yang tersurat dan tersirat dalam kehidupan ini. Baik itu
kejadian-kejadian dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, membaca keadaan diri
Anda (pengalaman dan cara pandang).
Singkatnya, Anda harus mampu menemukan
hal-hal yang menjadi inspirasi dan kekuatan Anda dalam berkarya dari manapun
sumbernya.
Biasakan pula diri Anda membaca
kritik-kritik puisi yang ada. Hal ini mampu membangun apresiasi dengan baik.
Setidaknya dengan membaca sebuah kritik
karya, Anda akan akan mampu melihat sebuah kelemahan dan keunggulan karya yang
dikritik itu sehingga memperkaya wawasan Anda dalam menulis.
Hal penting lainnya adalah menulis.
Meski ada beberapa cara, namun Anda tidak perlu terlalu terikat pada aturan.
Anda bebas menulis apa saja sesuai keinginan hati, baru kemudian melakukan pengeditan.
Untuk berlatih, Anda juga bisa
melakukan teknik “copy the master”, yaitu dengan memenggal sebagian puisi yang
berirama lalu kita lanjutkan dengan tulisan Anda sendiri. Cara ini sangat
efektif untuk mengasah kemampuan menulis Anda.
Hal yang tidak kalah penting adalah
banyak berlatih dan tidak terpaku pada satu gaya penulisan. Sering-seringlah
berlatih, melakukan diskusi atau membahas karya bersama penikmat dan pemerhati
karya sastra, dan menyempurnakan karya-karya tulisan Anda, maka kemampuan Anda dalam
berpuisi akan semakin terasah dengan baik. Selamat mencoba!
Syair merupakan puisi atau karangan dalam sastra melayu lama, dengan bentuk terikat yang mementingkan irama sajak.
Kata ini berasal dari bahasa Arab,
yaitu syu’ur, yang berarti perasaan. Dari kata syu’ur, kemudian muncul kata
syi’ru, yang berarti puisi dalam pengertian umum.
Dalam kesusasteraan Melayu, kata ini
merujuk pada pengertian puisi secara umum. Namun, dalam perkembangannya, ia
mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, dan tidak lagi
mengacu pada tradisi sastra di negeri Arab.
Syair bukanlah kumpulan kata yang asal
saja dan tidak memiliki makna. Justru, ia hadir membawa makna isi yang
berhubung dengan kias ibarat, sindiran, nasihat, pengajaran, agama dan juga
berisikan sejarah atau dongeng.
Adapun ciri-ciri Syair adalah sebagai
berikut:
1.
Merupakan puisi terikat.
2.
Umumnya terdiri dari empat baris, agak mirip dengan pantun. Perbedaannya
adalah, empat baris pantun merupakan dua baris sampiran dan dua baris isi yang
berdiri sendiri. Sedangkan bait syair merupakan bagian dari sebuah cerita yang
panjang.
3.
Jumlah kata dalam satu baris tetap, yaitu 4-5 kata satu baris
4.
Jumlah suku kata dalam satu baris juga tetap, yaitu antara 8-12 suku kata dalam
satu baris
5. Rima akhir juga tetap yaitu a/a/a/a. Ada juga yang memiliki rima a/b/a/b, tiga baris dengan rima akhir a/a/b, dan dua baris dengan rima a/b, namun ketiga bentuk syair terakhir tidaklah popular.
5. Rima akhir juga tetap yaitu a/a/a/a. Ada juga yang memiliki rima a/b/a/b, tiga baris dengan rima akhir a/a/b, dan dua baris dengan rima a/b, namun ketiga bentuk syair terakhir tidaklah popular.
Jika Anda bertanya siapa penyair yang
berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu, maka dia adalah Hamzah
Fansuri. Karya yang sudah dihasilkan antara lain: Perahu, Burung Pingai,
Dagang, dan Sidang Fakir.
Dari namanya, orang Melayu mengenali
syair seiring dengan penetrasi dan perkembangan ajaran Islam, terutama tasawuf
di Indonesia. Bentuk berbahasa Arab yang tercatat paling tua di negeri ini
adalah catatan di batu nisan Sultan Malik al-Saleh di Aceh, bertarikh 1297 M.
Sedangkan yang berbahasa Melayu yang
tertua adalah syair di prasasti Minye Tujoh, Aceh, Indonesia bertarikh 1380 M
(781 H). Didalamnya, bahasa Melayu masih bercampur dengan bahasa Sansekerta dan
Arab.
Sedangkan
dari segi jumlah, syair diperkirakan menempati posisi kedua setelah pantun.
Artinya, bentuk sastra ini sangat populer pada masyarakat Melayu. Dari segi
cara penceritaan, ia bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu naratif dan yang non
naratif. Berdasarkan isi dan tema, bentuk naratif bisa dibagi kembali menjadi 4
jenis yaitu:
1.
Romantic, sebagai contoh: Bidasari
2.
Sejarah, sebagai contoh: Perang Makassar, Perang Banjar
3.
Keagamaan, sebagai contoh: Nur Muhammad
4.
Kiasan, sebagai contoh: Ikan Terubuk
1.
Agama
2.
Nasihat
3.
Di luar tema-tema tersebut
PANTUN
DAN SYAIR
PENGERTIAN PANTUN
Pantun adalah
bentuk puisi lama yang terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua
yaitu berpola ab-ab dan tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a, dan biasanya tiap
baris terdiri atas empat perkataan. Dua baris pertama disebut sampiran,
sedangkan dua baris berikutnya disebut isi pantun. Pantun pada mulanya
merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
JENIS- JENIS PANTUN
- Pantun Agama
- Pantun Adat
- Pantun Budi
- Pantun Jenaka
- Pantun Kepahlawanan
- Pantun Kias
- Pantun Nasehat
- Pantun Percintaan
- Pantun Peribahasa
- Pantun Perpisahan
- Pantun Teka-teki
PENGERTIAN SYAIR
Syair
adalah puisi
lama atau karangan dalam bentuk terikat yang
mementingkan irama sajak. Biasanya
terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair.
JENIS-JENIS
SYAIR
- Syair Bidasari
- Syair Kerajaan Bima
- Syair Ken Tabuhan
- Syair Yatim Nestapa
PANTUN DAN SYAIR
PERSAMAAN
- Pantun dan syair biasanya terdiri dari 4 baris.
- Sama-sama terikat oleh irama sajak.
- Tiap baris pantun dan syair terdiri dari 8-10 suku kata.
- Pantun dan syair adalah puisi lama.
PERBEDAAN
- Pantun baris pertama dan kedua disebut sampiran( pembayang ) dan baris ketiga dan keempat disebut isi ( maksud sampiran ), sedangkan syair keempat baris adalah arti/maksud si pengarang.
- Pantun terdiri sampiran dan isi, sedangkan syair tidak terdapat sampiran dan isi.
- Pantun berirama a-b-a-b/ a-a-a-a, sedangkan syair berirama a-a-a-a.
- Pantun bahasanya boleh campur-campur, sedangkan syair bahasanya harus sama.
Persamaan dan Perbedaan jenis puisi
Kalo dipostingan
sebelumnya kita udah bahasa apa aja yang masuk ke dalam bentuk puisi lama, maka
sekarang akan dibahas tentang persamaan dan perbedaan masing-masing bentuk
puisi itu…ngerti ga????
kalo belum
ngerti, ya udah langsung aja deh,baca aja ya bareng-bareng…
Persamaan dan
Perbedaan Karmina, Distikon, clan Gurindam
Persamaan :
Sama-sama dua baris dalam satu bait
Perbedaan :
Karmina :
baris pertama
merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi. contoh :
dahulu karang
sekarang besi, dahulu sayang sekarang benci.
Distikon :
lebih
mementingkan isi di samping irama, tidak terikat (bebas). contoh :
berkali kita
tinggal,ulangi lagi dan cari akal
Gurindam :
baris pertama
merupakan sebab atau persoalan sedangkan baris kedua merupakan akibat atau
penyelesaian. contoh : kurang pikir kurang siasat,tentu dirimu akan sesat.
Persamaan dan
Perbedaan antara Pantun dari Syair
Persamaan :
keduanya
mempunym baris yang sama dalam satu bait, yaitu 4 baris.
Perbedaan :
sajak akhir
berirama ab-ab pada pantun dan aa-aa pada syair. Pantun berisi sampiran dan isi
sedangkan syair merupakan rangkaian cerita.
Persamaan dan
Perbedaan antara Pantun dan Soneta
Persamaan :
oktaf (8 baris
pertama) pada soneta melukiskan alam sama halnya sampiran pada pantun, dan
sektet (6 baris terakhir) merupakan kesimpulan dari oktaf, sama halnya dengan
isi pada pantun. Peralihan dari oktaf ke sektet dalam soneta disebut volta.
Perbedaan :
terletak dari
rumus sajak akhir, soneta rumus persajakan akhirnya masing-masing
abba-abba-cdc-dcd sedangkan pantun ab-ab, dan tentu saja jumlah baris pada
soneta 14 baris, terdiri dari 4 bait yakni dua buah kuatrain yang disebut oktaf
dan dua buah terzina yang disebut sektet, sedangkan pantun hanya 4 baris.
Pantun mewakili kesusastraan puisi lama sedangkam soneta mewakili kesusastramn
puisi baru.
Persamaan dan
Perbedaan antara Roman, Novel, dan Cerpen
Persamaan : sama-sama mewakili kesusastraan prosa baru.
Persamaan : sama-sama mewakili kesusastraan prosa baru.
Perbedaan :
a. Roman lebih
panjang daripada novel dan novel lebih panjang daripada cerpen.
b. Roman
menceritakan seluruh kehidupan dari kecil sampai mati, novel menceritakan
kejadian yang luar biasa yang mengubah nasib pelaku, dan cerpen hanya
menceritakan kejadian dalam kehidupan yang luas.
c. Roman dan
novel terdiri atas beberapa alur sedangkan cerpen hanya sate alur.
Perbedaan antara Novel dan Hikayat
Perbedaan antara Novel dan Hikayat
a. Novel merupakan
bentuk kesusastraan baru sedangkan hikayat bentuk kesusastraan lama.
b. Novel lebih
pendek daripada roman sedangkan hikayat sama dengan roman.
c. Novel
menceritakan kehidupan masyarakat sedangkan hikayat menceritakan kehidupan
raja-raja atau dewa-dewa.
d. Novel dihiasi
ilustrasi kehidupan yang realistis sedangkan hikayat dihiasi dongengan yang
serba indah dan fantastis.
CONTOH
PANTUN DAN SYAIR
PANTUN
1.Bunga cina
diatas batu
Daunnya lepas
kedalam ruang
Adat budaya
tidak berlaku
Sebabnya emas budi
terbuang
2.Diantara padi
dengan selasih
Yang mana satu
tuan luruhkan
Diantara budi
dengan kasih
Yang mana satu
tuan turutkan
3.Apa guna
berkain batik
Kalau tidak
dengan sujinya
Apa guna
beristeri cantik
Kalau tidak
dengan budinya
SYAIR
Malamku tanpamu
Tanpamu..
malam ini terasa sepi sekali.
malam ini terasa sepi sekali.
hanya sesekali
suara jangkrik memecah kebisuan.
Kadang nyaring.
menyentak lamunanku.
Kadang pilu. menggugah
sudut hatiku.
Mengusik segala
diamku. Kembalikan kenangan waktu itu.
Saat-saat kau
ada bersamaku….
Suara
rintik-rintik air hujan itu..
mengikuti
detak-detak jantungku. terasa semakin bernada.
seakan
mengajakku melangkah untuk berdansa.
satu… dua…
satu.. dua…
aku berdansa.
berputar. menari.
dalam irama
ilusi. aku semakin asyik bermimpi…
Aku terus
menari. terbang. melayang.
sampai [...]
Pantun
dan Syair dalam Kesusastraan Melayu Klasik
PANTUN
P
|
antun pada
mulanya adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan. Dalam
kesusastraan, pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan
hikayat-hikayat popular yang sezaman. Kata pantun sendiri mempunyai asal-usul
yang cukup panjang dengan persamaan dari bahasa Jawa yaitu kata parik
yang berarti pari, artinya paribasa atau peribahasa dalam bahasa
Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama dan seloka yang berasal dari
India.
Sedangkan kata
pantun sendiri menurut Dr. R. Brandstetter, seorang berkebangsaan Swiss yang
ahli dalam perbandingan bahasa berkata bahwa pantun berasal dari akar kata tun,
yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun
berarti teratur; dalam bahasa Tagalog tonton berarti bercakap menurut aturan
tertentu; dalam bahasa Jawa Kuno, tuntun berarti benang dan atuntun
yang berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa
Toba pantun berarti kesopanan atau kehormatan. Dalam bahasa Melayu, pantun
berarti quatrain, yaitu sajak berbaris empat, dengan rima a-b-a-b. Sedangkan
dalam bahasa Sunda, pantun berarti cerita panjang yang bersanjak dan diiringi
oleh musik.
Menurut R. O.
Winstedt yang setuju dengan pendapat Brandstetter mengatakan bahwasannya dalam
bahasa Nusantara, kata-kata yang mempunyai akar kata yang berarti “baris,
garis”, selanjutnya akan mempunyai arti yang baru yaitu “kata-kata yang
tersusun” baik dalam bentuk prosa maupun puisi.
Ada satu perkara
yang menarik yang kemudian telah diselidiki oleh beberapa orang sarjana, yakni
mengenai ada tidaknya hubungan semantik {makna} antara pasangan pertama dengan
pasangan kedua pada sebuah pantun. Sebagai contoh adalah pada pantun berikut:
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa kasih komentarnya yah ... ! masukan dan kritikan sangat kami harapkan ... !