skripsi Gustinawati Idrus, S.Pd metode TSOS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika
merupakan ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah dan memiliki peranan dalam mengembangkan kemampuan
berfikir siswa, serta merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk
memahami konsep yang lebih tinggi. Pada kurikulum 2004 dinyatakan bahwa
tujuan pendidikan nasional yaitu: (1) melatih cara berfikir dan menalar
siswa dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba; (3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan kemampuan
siswa dalam menyampaikan informasi, mengkomunikasikan atau menjelaskan
gagasan (Depdiknas, 2003).
|
Bedasarkan
informasi yang peneliti peroleh dari guru kelas VI SD Negeri 010
Sukajadi Pekanbaru bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa SD
kelas VI semester genap 2006/2007 adalah 50. Kemudian persentase jumlah
siswa yang mencapai SKBM adalah 21%. Hasil belajar yang diperoleh ini
masih jauh dari SKBM yang ditetapkan sekolah yaitu 65.
Pada
materi pokok Pengukuran, siswa kelas VI SD Negeri 010 Sukajadi tahun
pelajaran 2006/2007 masih mengalami kesulitan untuk menguasainya. Hal
ini didasarkan pada rata-rata nilai ulangan siswa pada materi pokok
Pengukuran tahun pelajaran 2006/2007 yaitu 51 dan persentase siswa yang
mencapai SKBM yaitu 25%.
Dalam
proses pembelajaran, banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa
menjadi tinggi atau rendah. Bisa berasal dari guru yang menyampaikan
materi dengan menggunakan metode yang kurang bervariasi, bisa juga
berasal dari diri siswa itu sendiri yang memang memiliki minat dan
motivasi yang rendah untuk belajar matematika. Lebih lanjut, guru kelas
VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru menyatakan bahwa salah satu penyebab
rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah metode yang dipakai
selama ini umumnya berupa ceramah dan pemberian tugas. Metode
pembelajaran yang diterapkan guru kurang bervariasi dan mengakibatkan
aktifitas siswa lebih bersifat pasif, sehingga proses pembelajaran yang
seperti ini kurang mempengaruhi atau merangsang daya nalar siswa maupun
daya ingat siswa serta terkesan monoton dan membosankan.
Untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa SD Negeri 010 Sukajadi
Pekanbaru, guru telah melakukan usaha perbaikan. Usaha yang dilakukan
guru untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan belajar
tambahan (les). Belajar tambahan hanya dilakukan beberapa kali (tidak
rutin) oleh guru, hal ini disebabkan keterbatasan tenaga dan waktu yang
dimiliki guru kelas tersebut. Akibatnya siswa tidak banyak mengalami
perubahan atau peningkatan hasil belajar matematika dan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.
Materi
pokok dalam penelitian ini adalah Keliling, Luas dan Volume. Informasi
dari guru tersebut menyatakan bahwa, siswa kesulitan dalam menentukan
rumus luas dan volume berbagai bangun datar dari luas persegi panjang.
Menerapkan rumus luas, volume dan keliling bangun dalam pemecahan
masalah. Siswa cenderung bersikap pasif, malu bertanya kepada guru,
tidak terjadinya kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran. Winkel
(1996) menyatakan bahwa siswa yang kurang melibatkan diri dalam proses
pembelajaran, dan kurang mendalam dalam mengolah materi pelajaran, akan
sulit untuk mengadakan transfer belajar walaupun sebenarnya ada
kemungkinan.
Memperhatikan
kondisi di atas, Nursisto (2002) mengemukakan, guru dituntut untuk
dapat melakukan usaha perbaikan dengan memilih salah satu strategi
pembelajaran yang tepat, sebab dengan menggunakan strategi pembelajaran
yang tepat dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Salah
satu strategi pembelajaran yang dapat diciptakan untuk mengaktifkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran adalah dengan cara belajar
bersama, diantaranya dikenal dengan nama model pembelajaran kooperatif.
Slavin
(1995) mengemukakan, pembelajaran kooperatif merupakan suatu
pembelajaran dengan penekanan pada aspek-aspek sosial dan menggunakan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat
tetapi heterogen secara akademis. Salah satu tipe pembelajaran
kooperatif adalah Three Stay One Stray (TSOS).
Menurut
Dewei dan Thelan (1993) dalam Ibrahim dkk (2000) menyatakan, cara yang
masuk akal untuk mencapai tujuan pendidikan adalah menstrukturalkan
kelas dan aktifitas belajar siswa sedemikian rupa sehingga mewujudkan
hasil belajar yang diinginkan. Model pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural TSOS ini menekankan kepada aspek kegiatan yang disusun
sedemikian rupa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam rangka
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Bila siswa
menjadi seorang yang ikut berperan atau melibatkan diri dalam proses
pembelajaran secara aktif, maka ia akan memiliki ilmu atau pengetahuan
itu dengan baik (Nursisto, 2003).
Dari
uraian yang telah dikemukakan di atas, dalam upaya meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru, peneliti
ingin menerapkan suatu model pembelajaran yang dikenal dengan penerapan
pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok
Keliling, Luas dan Volume.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: Apakah penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural
TSOS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VI SDN
010 Sukajadi Pekanbaru pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah yang dikemukakan maka, tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN
010 Sukajadi Pekanbaru melalui pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural TSOS pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain
1. Bagi
siswa, melalui pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI
SDN 010 Sukajadi Pekanbaru terutama pada materi pokok Keliling, Luas dan
Volume.
2. Bagi
guru, penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS yang
dilakukan pada penelitian ini diharapkan sebagai salah satu alternatif
strategi pembelajaran matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi
Pekanbaru terutama pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.
3. Bagi
sekolah, tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru.
4. Bagi
peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak
dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang
lebih luas.
BAB II

A. Hasil Belajar Matematika
Belajar
merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu dan
pengalaman yang baru. Keberhasilan dalam belajar dapat dilihat dari
hasil belajar siswa dan hasil yang dicapai selalu meningkat atas dasar
bahan pelajaran yang dipahami, jika materi yang dipelajari itu
sungguh-sungguh mengandung arti bagi hidup anak itu. Slameto (1991)
menyatakan bahwa belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri setelah berinteraksi
dengan lingkungannya.
|
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah melaksanakan
serangkaian aktifitas pembelajaran, baik secara individu maupun
kelompok. Sedangkan hasil belajar matematika pada penelitian ini adalah
tingkat penguasaan siswa dalam pembelajaran matematika setelah mengikuti
proses pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi
pokok Keliling, Luas dan Volume, yang diperoleh dari hasil tes
matematika yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin ditetapkan.
B. Pembelajaran Kooperatif
Dalam
proses pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai banyak teknik
pembelajaran dan dapat menggunakan variasinya sehingga guru mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan bagi siswa.
Salah satu pembelajaran yang dapat divariasikan adalah pembelajaran
kooperatif.
Eiggen
dan Kauchak (1998) yang dikutip Ummi (2003) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan
akademik yang berbeda. Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang dibagi
secara heterogen. Slavin (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu kumpulan strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk mencapai
tujuan tertentu.
Pembelajaran
kooperatif memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih
dicirikan oleh penghargaan kooperatif atau kelompok dari pada
penghargaan individual. Ibrahim dkk (2000), mengemukakan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif itu adalah sebagai
berikut: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2) menyajikan
informasi; (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Dalam kegiatan ini dilakukan pendekatan struktural TSOS; (4)
membimbing kelompok bekerja dan belajar; (5) evaluasi; dan (6)
penghargaan kelompok.
C. Pendekatan Struktural Three Stay One Stray (TSOS)
Pendekatan
struktural TSOS merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa
berfikir kritis serta saling bantu dalam memecahkan masalah, serta
saling mendorong untuk berprestasi tidak hanya sesama anggota kelompok
sendiri tapi juga dengan anggota kelompok lain. Dengan adanya interaksi
antar siswa maka aktifitas siswa dalam proses pembelajaran diharapkan
dapat meningkat, karena siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk
kerja sama yang harmonis antar kelompok serta dapat menciptakan disiplin
kelas secara wajar (Hamalik, 2003).
Dalam
pelaksanaan pendekatan struktural TSOS terlihat dengan jelas
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa dan guru. Pembelajaran
di mulai dengan memotivasi siswa kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan penjelasan-penjelasan tentang konsep yang akan
dipelajari, penerapan berbentuk LKS dan diakhiri dengan penutup. Dalam
penerapan (kegiatan kelompok), antar siswa akan terjadi saling
ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok sangat tergantung
pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif disusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan
mereka. Dalam TSOS, Three Stay (TS) artinya tiga tinggal bertugas
memperlihatkan hasil kerja kelompok mereka, sebaliknya satu orang yang
pergi disebut One Stray (OS) bertugas untuk melihat hasil kerja satu
kelompok lain dengan hasil kerja kelompoknya.
Keunggulan
TSOS ini adalah untuk menghindari rasa bosan yang disebabkan
pembentukan kelompok secara permanen dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk berinteraksi dengan kelompok lain (Kagan, 1992). Selain itu,
dengan adanya interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Jadi, dalam TSOS
siswa bisa saling berbagi informasi dengan kelompok sendiri (kelompok
asal) dan kelompok lainnya (kelompok baru).
Asasdasda
Asdasdas
asdasd
D. Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Three Stay One Stray
Pembelajaran
kooperatif terdiri dari beberapa pendekatan yaitu Student Teams
Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (IK) dan
pendekatan struktural. Dalam penelitian ini pembelajaran yang digunakan
adalah pendekatan struktural. Menurut Ibrahim (2000), pendekatan
struktural ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural salah satunya adalah Three Stay
One Stray (TSOS). Pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS ini
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil informasi
dengan kelompok lain.
Adapun
alasan penggabungan pembelajaran kooperatif dengan TSOS karena
keunggulannya, yaitu siswa akan dapat mengembangkan potensi diri yang
dimilki baik bagi siswa yang memiliki kemampuan akademis sedang maupun
siswa yang memiliki kemampuan akademis rendah. Siswa yang memiliki
kemampuan tinggi diharapkan akan menjadi tutor bagi siswa yang dengan
kemampuan sedang dan rendah. Adanya saling ketergantungan positif,
artinya keberhasilan kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya.
Setiap kelompok akan bertamu dan berdiskusi yang pada akhirnya memiliki
keterampilan berkomunikasi, mencari dan memberikan informasi.
Menurut Kagan (1992) cara pelaksanaan TSOS ini adalah sebagai berikut :
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok, dengan anggota kelompok sebanyak empat orang.
2. Setelah
selesai, satu orang dari masing-masing kelompok (siswa yang pergi
ditentukan oleh guru) akan pergi meninggalkan kelompoknya dan pergi ke
satu kelompok lain dengan waktu yang telah ditentukan untuk melihat
sambil membandingkan hasil kerja kelompoknya dengan hasil kerja kelompok
lain yang dikunjungi.
3. Setelah selesai mereka kembali ke kelompok asalnya (siswa yang pergi).
4. Sesudah
kembali, masing-masing anggota kelompok (siswa yang pergi) melaporkan
hasil temuannya dari kelompok lain dan membandingkan serta membahas
ulang hasil kerja kelompok mereka.
Gambar 1. Posisi kelompok dan perpindahan siswa pada penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS
![]() |


T : Siswa dengan kemampuan akademik tinggi
S : Siswa dengan kemampuan akademik sedang
R : Siswa dengan kemampuan akademik rendah
Pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural (TSOS) di dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui
beberapa tahap antara lain: tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan
kelompok dengan TSOS, tahap evaluasi, penghargaan kelompok serta penghitungan ulang skor dasar dan perubahan kelompok.
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini guru melakukan beberapa langkah:
a. Menentukan materi pokok.
Dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Three Stay One
Stray (TSOS) dipilih materi yang akan disajikan dalam pembelajaran
yaitu Keliling, Luas dan Volume semester 2.
b. Membuat perangkat pembelajaran berupa Skenario Pembelajaran, Lembar pengamatan dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sama.
c. Menentukan skor dasar individu.
Skor
dasar diperoleh dari hasil tes terakhir sebelum tindakan dilakukan
(sebelum penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS).
Skor dasar diperoleh dari hasil tes pada materi pokok Pengukuran.
d. Membentuk kelompok-kelompok kooperatif.
Anggota
kelompok dipilih secara heterogen yang berjumlah empat orang tiap
kelompok. Kriteria pembagian dalam satu kelompok yaitu 27% untuk siswa
yang berkemampuan tinggi, 46% siswa dengan kemampuan sedang dan 27%
siswa dengan kemampuan rendah (Sudjana, 2004). Jika jumlah siswa tidak
habis dibagi empat sisanya dimasukkan ke salah satu kelompok, karena
pada dasarnya kelompok kooperatif beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa.
2. Penyajian kelas
Penyajian
kelas dimulai dengan pendahuluan. Pada pendahuluan, siswa diberikan
motivasi dan pemahaman pada materi yang dipelajari dalam kegiatan
kelompok dan kemudian menginformasikan mengenai konsep-konsep serta
pentingnya materi tersebut. Informasi ini bertujuan untuk memotivasi
siswa memahami konsep-konsep yang akan dipelajari sehingga sesuai dengan
indikator.
Penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Three Stay One Stray (TSOS) dapat dilihat pada tebel 1 berikut ini:
Tabel 1. Sintaks penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Three Stay One Stray (TSOS).
Tahapan
|
Aktivitas
| |
Guru
|
Siswa
| |
Penugasan
|
Membagikan LKS kepada tiap-tiap anggota kelompok untuk dikerjakan secara berkelompok dalam waktu yang telah ditentukan
|
Bekerjasama dalam kelompok untuk menjawab soal-soal dalam LKS
|
Berkunjung
|
Mengutus
masing-masing satu orang siswa dari tiap-tiap kelompok untuk
berkunjung ke satu kelompok lain untuk melihat dan membandingkan hasil
kerja kelompok mereka dengan hasil kerja kelompok yang dikunjungi
|
Utusan
masing-masing kelompok melihat dan membandingkan hasil kerja
kelompoknya dengan hasil kerja kelompok lain yang dikunjungi
|
Kembali
|
Menyuruh siswa yang berkunjung untuk kembali ke kelompoknya
|
Masing-masing
utusan yang berkunjung ke satu kelompok lain kembali ke kelompok
asalnya sambil membawa hasil yang diperoleh dari kelompok lain yang
dikunjungi
|
Diskusi ulang
|
Mengingatkan setiap kelompok untuk berdiskusi ulang dalam kelompoknya masing-masing
|
Berdiskusi ulang dalam kelompoknya berdasarkan kepada hasil yang diperoleh oleh teman yang berkunjung
|
3. Kegiatan kelompok
Setelah
menyampaikan tujuan pembelajaran, guru membentuk kelompok belajar
kooperatif yang masing-masing terdiri dari 4 orang siswa. Komposisi
kelompok tersebut yaitu siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Kelompok belajar yang telah disusun oleh guru, selanjutnya
disampaikan kepada siswa sehingga siswa berkumpul dan duduk sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan kelompok yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Penugasan yaitu guru memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan dalam kelompoknya masing-masing.
b. Masing-masing
kelompok diberi waktu oleh guru untuk mengutus satu orang (siswa yang
pergi ditentukan oleh guru) berkunjung ke satu kelompok lain untuk
melihat sambil membandingkan hasil kerja kelompoknya dengan hasil kerja
kelompok lain yang dikunjungi.
c. Siswa yang berkunjung kembali ke kelompoknya masing-masing dan melaporkan hasil pekerjaan dari kelompok yang dikunjungi.
4. Tahap evaluasi
Evaluasi
dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan guru yang
mencakup semua materi yang telah dibahas melalui pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural TSOS. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi,
selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang
akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Dalam penelitian ini , peneliti
melakukan dua kali ulangan blok yaitu pada pertemuan kelima dan di pada
pertemuan kesembilan.
5. Penghargaan kelompok
Untuk penghargaan kelompok terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
a. Menghitung skor tes individu dan skor kelompok.
a. Menghitung skor tes individu dan skor kelompok.
Penghitungan
skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan
individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai
perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes
individu sebelum penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan struktural
TSOS dengan skor tes individu sesudah penerapan pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural TSOS. Dengan cara ini setiap anggota kelompok
memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor maksimal bagi
kelompoknya. Kriteria sumbangan skor bersumber dari Slavin (1995)
seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai perkembangan individu
Skor Tes |
Nilai Perkembangan
|
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar
|
5
|
10 poin hingga 1 poin dibawah skor standar
|
10
|
Sama dengan skor dasar sampai 10 poin diatasnya
|
20
|
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar
|
30
|
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar)
|
30
|
b. Memberi penghargaan kelompok.
Skor
kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang
disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan
yang diperoleh terdapat tiga tingkat kriteria penghargaan yang diberikan
untuk penghargaan kelompok (Slavin, 1995), yaitu:
1)
5 £ X £ 10,5 sebagai kelompok baik.




Dengan X adalah rata-rata nilai perkembangan.
6. Penghitungan ulang skor dasar dan perubahan kelompok
Penghitungan
ulang skor dasar kelompok dari hasil tes yang akan dilakukan setelah
selesai satu materi pokok. Dari nilai skor dasar baru ini dapat
diketahui perkembangan individu dan kelompok. Nilai perkembangan
individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu
dengan skor tes terakhir.
E. Hubungan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural TSOS dengan Hasil Belajar
Guru
diharapkan mampu menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa
untuk dapat mengembangkan kemampuannya. Untuk itu diperlukan adanya
suatu pengorganisasian yang matang dari semua komponen yang ada dalam
situasi mengajar. Salah satu komponen tersebut adalah strategi mengajar
atau sering juga disebut dengan metode mengajar. Guru hendaknya dapat
memilih strategi yang melibatkan siswa untuk aktif dalam belajar baik
secara mental, fisik maupun sosial.
Banyak
teknik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya
adalah teknik Three Stay One Stray (TSOS). Teknik TSOS ini dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, yang melibatkan siswa dalam
menelaah materi dan dapat lebih memahami terhadap isi pelajaran.
Pendekatan struktural TSOS juga melibatkan siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan menghendaki siswa belajar saling
membantu dalam kelompok kecil yang lebih dicirikan oleh penghargaan
kelompok dari pada penghargaan individual.
Dengan
adanya proses pembelajaran dengan struktur yang baik, didukung oleh
penggunaan waktu yang efisien dan efektif, maka hasil belajar yang
optimal akan dapat dicapai. Hasil dari belajar matematika yang tepat
akan membentuk respon yang efektif dan suatu sikap yang positif terhadap
matematika. Hal ini sesungguhnya dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa pada tahapan lebih lanjut. Davies (1991) menyatakan
bahwa inti dari pengajaran yang baik terletak pada pengorganisasian yang
baik dari proses pembelajaran tersebut. Jadi dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS akan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
latar belakang dan kajian pustaka maka dalam penelitian ini diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika diberikan pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok Keliling, Luas
dan Volume maka dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru.
Asdfasdasd
Asdasdas
Asdasda
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Wardani (2002)
menyatakan penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga motivasi belajar siswa
meningkat. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang
bertujuan untuk memeperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di
kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara lebih profesional (Sukayati, 2001).
Bentuk
penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
dengan jenis kolaboratif yaitu melibatkan guru, kepala sekolah dan
peneliti. Peneliti dan guru bersama-sama merancang tindakan dan refleksi
hasil tindakan. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan oleh peneliti
sendiri, sedangkan guru sebagai pengamat selama proses pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan
pembelajaran kooperatif pendekatan struktural TSOS pada materi pokok
Keliling, Luas dan Volume untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa SD Negeri 010 Sukajadi Pekanbaru.
|
1. Merencanakan:
rencana tindakan kelas “apa” yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Melakukan
tindakan: apa yang dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Mengamati: mengamati atas hasil dan dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi: peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.
Dalam
penelitian ini peneliti melakukan dua siklus, siklus pertama dilakukan
mulai dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat, dalam pertemuan
kelima dilaksanakan ulangan blok I. Siklus kedua dilaksanakan dari
pertemuan keenam sampai pertemuan kedelapan, sedangkan dalam pertemuan
kesembilan dilaksanakan ulangan blok II, Masing-masing komponen pada
setiap siklus dalam penelitian ini berisikan:
1. Merencanakan:
menyusun skenario pembelajaran, mempersiapkan tes hasil belajar, lembar
pengamatan dan pembentukan anggota kelompok.
2. Melakukan tindakan: memotivasi siswa dengan melakukan pembelajaran dengan strategi TSOS (Three Stay One Stray).
3. Mengamati:
observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan
observasi dilakukan oleh peneliti dan guru yang melaksanakan tindakan,
dengan menggunakan lembar pengamatan observasi atau pengamatan.
4. Refleksi:
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari
tindakan yang telah dilakukan. Kelemahan dan kekurangan dari tindakan
akan diperbaiki dalam siklus selanjutnya.
B. Subjek Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SDN 010 Sukajadi Pekanbaru tahun pelajaran 2006/2007.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 010 Sukajadi Pekanbaru
sebanyak 19 orang siswa yang terdiri dari pria sebanyak 12 orang dan
wanita 7 orang dengan kemampuan siswa heterogen.
C. Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran
a.Skenario Pembelajaran (SP)
Skenario
pembelajaran disusun untuk tujuh kali pertemuan. Setiap skenario
pembelajaran yang akan digunakan memuat standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran
serta kegiatan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir). Skenario pembelajaran-1 memuat materi pembelajaran tentang
menghitung keliling jajargenjang, keliling belahketupat dan keliling
layang-layang (Lampiran B1). Skenario pembelajaran-2 memuat materi pembelajaran tentang menghitung keliling trapesium dan keliling lingkaran (Lampiran B2).
Skenario pembelajaran-3 memuat materi pembelajaran tentang menghitung
luas jajargenjang, luas belahketupat dan luas layang-layang (Lampiran B3). Skenario pembelajaran-4 memuat materi pembelajaran tentang menghitung luas trapesium dan luas lingkaran (Lampiran B4).
Skenario pembelajaran-5 memuat materi pembelajaran tentang menghitung volume prisma dan volume tabung (Lampiran B5). Skenario pembelajaran-6 memuat materi pembelajaran tentang menghitung volume limas dan volume kerucut (Lampiran B6). Skenario pembelajaran-7 memuat materi tentang menyelesaikan soal cerita yang melibatkan keliling, luas dan volume.
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dalam
setiap pertemuan membahas lembar kerja siswa. Setiap lembar kerja siswa
yang akan digunakan memuat kompetensi dasar dan indikator, tugas dan
prosedur yang mengacu pada penerapan pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural TSOS (Lampiran C).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Data
yang dlkumpulkan pada penelitian ini adalah data tentang aktifitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang hasil belajar
matematika siswa setelah proses pembelajaran dilakukan. Data tentang
aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan
menggunakan lembar pengamatan. Data tentang hasil belajar matematika
siswa setelah proses pembelajaran dilakukan, dikumpulkan dengan
menggunakan tes hasil belajar matematika yang meliputi materi pokok
Keliling, Luas dan Volume.
a. Lembar pengamatan
Aktivitas
guru yang diamati antara lain; menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan motivasi dalam mengikuti penerapan pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural TSOS, menyampaikan konsep-konsep materi yang akan
dipelajari, membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal
dalam LKS yang berpedoman kepada penerapan pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural TSOS dan bersama-sama siswa menarik kesimpulan
dari materi yang telah dipelajari.
Aktivitas
siswa yang diamati antara lain; mendengarkan penjelasan dan motivasi
yang disampaikan oleh guru, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
guru tentang konsep-konsep materi yang akan dipelajari, mengerjakan
soal-soal dalam LKS yang berpedoman kepada penerapan pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural TSOS secara berkelompok dan menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
b. Tes hasil belajar matematika
Untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika siswa digunakan
seperangkat tes hasil belajar matematika tentang materi pokok Keliling,
Luas dan Volume. Perangkat tes hasil belajar terdiri kisi-kisi penulisan
soal, lembar soal dan alternatif jawaban. Kisi-kisi penulisan soal
memuat standar kompetensi, kompetensi dasar dan nomor soal (Lampiran D).
Soal ulangan berbentuk essay yang terdiri dari dua kali ulangan blok.
Soal ulangan blok I dan ulangan blok II masing-masing sebanyak 5 butir
yang disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan soal tes hasil belajar.
Kunci jawaban memuat alternatif penyekoran untuk tiap langkah
penyelesaian. Skor untuk ulangan blok I, soal nomor satu sampai lima
berturut-turut adalah 9, 8, 7, 8, dan 9 sehingga total skor
keseluruhannya adalah 41, untuk ulangan blok II, soal nomor satu sampai
dengan lima berturut-turut adalah 7, 8, 9, 8 dan 9 sehingga total skor
keseluruhannya adalah 41.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data
dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif berupa perkembangan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dan dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan
dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
untuk setiap pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang sudah
disediakan. Data ini berguna untuk mengetahui apakah proses pembelajaran
yang diterapkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Data
kuantitatif melalui tes hasil belajar matematika siswa. Kemudian data
mengenai hasil belajar matematika siswa, dikumpulkan melalui tes hasil
belajar matematika pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.
Selanjutnya hasil tes ini diperiksa dan penskorannya berpedoman pada
alternatif jawaban yang telah disediakan.
E. Teknik Analisis Data
Data
tentang aktivitas guru dan siswa yang diperoleh melalui lembar
pengamatan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika
siswa dianalisis secara deskriptif.
1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa.
Analisis
data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan pada lembar pengamatan
selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan
dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas
yang dilakukan guru dan siswa selama proses pertemuan dengan mengisi
lembar pengamatan yang disediakan. Analisis deskriptif ini bertujuan
untuk mendeskripsikan data tentang aktifitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran pada materi pokok Keliling, Luas dan Volume.
2. Ketercapaian Kompetensi Dasar.
Analisis
data tentang ketercapaian kompetensi dasar pada materi pokok Keliling,
Luas dan Volume dilakukan dengan melihat skor hasil belajar matematika
siswa secara individual yang mengikuti penerapan pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural TSOS dengan standar ketuntasan belajar minimum
yang ditetapkan sekolah. Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai
standar kompetensi dasar apabila skor hasil belajar matematika yang
diperoleh 65.
Peningkatan
hasil belajar matematika siswa dilihat dari nilai skor dasar, ulangan
blok I dan ulangan blok II. Nilai ulangan blok I dan ulangan blok II di
analisis setiap indikatornya untuk mengetahui ketercapaian standar
ketuntasan belajar minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan dapat dilihat pada tabel
distribusi frekuensi.
Menurut
Suyanto (1996), apabila skor hasil belajar matematika siswa setelah
dikenai tindakan lebih baik maka dapat dikatakan bahwa tindakan
berhasil, akan tetapi jika tidak ada bedanya maka dan bahkan lebih buruk
maka tindakan belum berhasil. Dengan kata lain, jika tindakan berhasil
maka hasil belajar matematika siswa meningkat jika terdapat skor hasil
belajar kearah yang lebih baik setelah tindakan.
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa kasih komentarnya yah ... ! masukan dan kritikan sangat kami harapkan ... !