Sekilas mengenai Pembelajaran Kooperatif
Pengertian
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Menurut Para Ahli
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran
kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling
memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu
tujuan pembelajaran yang maksimal. Berikut ini merupakan beberapa pengertian
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut para ahli.
- Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
- Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.
- Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”.
- Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.
- Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
- Eggen and Kauchak (1996:279) “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.
- Sunal dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.
- Stahl (1994) “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.
- Kauchak dan Eggen dalam Azizah (1998) “Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan”.
- Djajadisastra (1982) “Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas”.
Sumber:
Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektivitas
Pembelajaran Kelompok. Bandung: ALFABETA
Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual
Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama
Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori
& Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih
dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat
nyata (Nurhadi, 2003 : 60).
Ismail (2003 : 18) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama,
yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif (Ismail,
2003 : 18) sebagai berikut :
1. Siswa
belajar dalam kelompok produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat
keputusan secara bersama
2. Kelompok
siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah
3. Jika
dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri beberapa ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda. Maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dan
ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
Pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan (Ismail,
2003 : 19) antara lain sebagai berikut :
1. Hasil
belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik
2. Pengakuan
adanya kerjasama
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar
belakang. Perbedaan itu antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik
dan tingkat sosial
3. Pengembangan
keterampilan sosial
Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran
kooperatif antara lain adalah berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Pembelajaran kooperatif
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk
sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama
kelompok dan interaksi antarsiswa.[1]
Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial.[2]
Strategi
ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang
menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung
perkembangan kognitif.[3]
Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing
dan cognitive theory
of learning.[4]
Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih
mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan
didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori
Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.
Metode
pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila
diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan
siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi
dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan
idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa
belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima
perbedaan ini.[5]
Ironisnya,
model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun
orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat
ABSTRAK:Cooperative learning adalah suatu
strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model ini
berbasis pada teori belajar kognitif dan teori belajar sosial.
Langkah-langkah pembelajaran menurut cooperative learning dibagi dalam beberapa
langkah dengan urutan indikator yaitu: menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan
memberikan penghargaan. Untuk pengelolaan kelas menurut model cooperative
learning dijabarkan menjadi pengelompokan, semangat gotong royong, dan penataan
kelas. Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model
evaluasi, yaitu: model evaluasi kompetisi, evaluasi individual, dan evaluasi
cooperative learning.
Kata Kunci: Cooperative learning, model,
pembelajaran, evaluasi.
- 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan
pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan.
Pada pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada masih banyak
menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah dalam menyampaikan
materi. Sehingga dengan metode ini siswa hanya akan mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang pasif.
Sementara itu, kurikulum yang ada saat ini (KTSP) menuntut siswa yang
berperan aktif dalam membangun konsep dalam diri. Jadi menurut KTSP kegiatan
belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya
agar suasana kelas menjadi hidup.
Oleh karena itu, guru perlu mengetahui serta memahami suatu model pembelajaran
lain yang sesuai digunakan pada kurikulum yang ada sekarang ini (KTSP). Salah
satu model tersebut adalah model pembelajaran cooperative learning yang akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
1.2 Batasan Masalah
- Apa pengertian dari model pembelajaran cooperative learning?
- Apa saja teori belajar yang melandasi model pembelajaran cooperative learning?
- Bagaimana tahapan langkah-langkah pembelajaran dalam cooperative learning?
- Bagaimana pengelolaan kelas menurut model pembelajaran cooperative learning?
- Bagaimana model evaluasi belajar cooperative learning?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
- Mengetahui pengertian dari model pembelajaran cooperative learning.
- Mengetahui teori belajar yang melandasi model pembelajaran cooperative learning.
- Mengetahui tahapan-tahapan pembelajaran dalam cooperative learning.
- Mengetahui proses pengelolaan kelas menurut model pembelajaran cooperative learning.
- Mengetahui model evaluasi belajar cooperative learning.
- 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah suatu strategi
belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada tiap kelompok
tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan, melakukan
berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi
pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab
untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan
belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha
sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya. Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran yaitu Hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Prinsip model pembelajaran kooperatif
yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab perseorangan;
3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5) evaluasi proses kelompok
(Lie, 2000).
Manfaat dari Cooperative Learning antara lain: meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan berkomunikasi secara lisan, mengembangkan keterampilan sosial
siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, membantu meningkatkan hubungan
positif antar siswa.
Model pembelajaran kooperatif memiliki basis
pada teori psikologi kognitif dan teori pembelajaran sosial. Fokus pembelajaran
kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi
juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar
berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja
oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan
dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan
guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru berperan
sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi peserta didik, pembimbing
peserta didik dalam belajar kelompok, pemberi motivasi peserta didik dalam
memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki
ketrampilan kooperatif.
2.2 Langkah-langkah dalam Cooperative
Learning
Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning dapat dituliskan dalam table
sebagai berikut:
Langkah
|
Indikator
|
Tingkah Laku Guru
|
Langkah 1
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
|
Langkah 2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa
|
Langkah 3
|
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru menginformasikan pengelompokan siswa
|
Langkah 4
|
Membimbing kelompok belajar
|
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja
siswa dalam kelompokkelompok belajar
|
Langkah 5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah dilaksanakan
|
Langkah 6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru memberi penghargaan
hasil belajar individual dan kelompok.
|
2.3 Pengelolaan Kelas Menurut Model Cooperative
Learning
- Pengelompokan
- Kelompok homogen (Ability grouping) adalah praktik memasukkan beberapa siswa dengankemampuan yang setara dalam kelompok yang sama.
- Pengelompokan heterogenitas (kemacam-ragaman),dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosioekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.
- Semangat gotong-royong
Dalam proses pembelajaran ini, agar berjalan secara efektif maka semua anggota
kelompok hendaknya mempunyai semangat bergotong royong yaitu dengan cara
membina niat dan semangat dalam bekerja sama yaitu dengan beberapa cara: a.
Kesamaan Kelompok. b. Identitas Kelompok c. Sapaan dan Sorak Kelompok.
- Penataan ruang kelas
Dalam hal ini keputusan guru dalam penataan ruang disesuaikan dengan kondisi
dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah: a) Ukuran ruang kelas, b) Jumlah siswa, c) Tingkat kedewasaan
siswa, f) Pengalaman guru dan siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran
gotong royong.
2.4 Model Evaluasi belajar Cooperative Learning
Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi,
ketiga model evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:
- Model Evaluasi Kompetisi
Pada sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif, karena sejak masa awal
pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman
sekelas, sehingga siswa yang jauh melebihi kebanyakan siswa yang dianggap
berprestasi, yang kemampuannya berada di bawah rata-rata kelas dianggap gagal
atau tidak berprestasi.
- Model Evaluasi Individual
Dalam sistem ini, sistem siswa belajar dengan pendekatan dan kecepatan yang sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Anak didik tak bersaing dengan siapa-siapa,
kecuali bersaing dengan diri mereka sendiri. Teman-teman satu kelas dianggap
tidak ada karena jarang interaksi antar siswa di kelas. Berbeda dengan sistem
penilaian peringkat, dalam penyajian individual guru menetapkan standar untuk
setiap murid.
- Model Evaluasi Cooperative Learning
Sistem ini menganut pemahaman homohomini soclus. Falsafah ini
menekankan saling ketergantungan antar makhluk hidup.
Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi
kelangsungan hidup. Prosedur sistem penilaian Cooperative
Learning diantaranya adalah tanggung jawab pribadi dan
kelompok. Jadi siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok.
- 3. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat
disimpulkan:
- 1. Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu Hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
- 2. Teori belajar yang melandasi model pembelajaran cooperative learning adalah teori belajar kognitif dan teori pembelajaran social.
- Langkah-langkah pembeajaran menurut cooperative learning dibagi dalam beberapa langkah dengan urutan indikator yaitu: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan.
- Pengelolaan kelas menurut model cooperative learning dijabarkan menjadi pengelompokan, semangat gotong royong, dan penataan kelas.
- Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi, yaitu: model evaluasi kompetisi, evaluasi individual, dan evaluasi cooperative learning.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Cooperative Learning. http://eliku08.blogspot.com/2012/06/cooperative-learning.html. diakses
tanggal 19 oktober 2012.
Emildadiany, Novi. 2008.Cooperative Learning Teknik
Jigsaw.http://Akhmadsudrajat.Wordpress.Com/2008/07/31/Cooperative-Learning-Teknik-Jigsaw/. diakses
tanggal 19 oktober 2012.
Slavin, Robert E.2005.COOPERATIVE LEARNING Teori,
Riset, dan Praktik diterjemahkan oleh Narilita Yusron.Bandung:Penerbit Nusa
Media.
Sunartombs. 2009. Pengertian Cooperative Learning.
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-cooperative-learning/. diakses
tanggal 19 oktober 2012.
Berikut ini beberapa Pengertian Model Pembelajaran
Kooperatif Menurut para Ahli:
- Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin: Model pembelajaran kooperatif adalah model yang mengajaka siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok.
- Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Damon dan Phelps: Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu jenis strategi pembelajaran yang menerapkan interaksi kelompok teman sebaya.
- Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Eggen and Kauchak: Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
- Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Sunal dan Hans: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
- Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Stahl: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.
- Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Kauchak dan Eggen dalam Azizah: Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
- Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Djajadisastra: Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas.
Keunggulan
dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan
kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995:17)
diantaranya sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai
tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi
semangat untuk berhasil bersama.
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya
untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan
peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Selain keunggulan tersebut pembelajaran
kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess
(1991:411) diantaranya sebagai berikut:
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan kemampuan khusus guru
sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
4. Menuntut sifat tertentu dari siswa,
misalnya sifat suka bekerja sama.
Kekurangan-kekurangan
yang ada pada pembelajaran kooperatif
Kekurangan-kekurangan yang ada pada
pembelajaran kooperatif masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu
yang lebih lama dapat diatasi dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS)
sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan
kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan
sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan
pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan
penataan ruang kelas.
Pembelajaran kooperatif memang memerlukan
kemampuan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan
terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi
dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja
sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu :
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota
yang pandai lebih dominan.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 1997. “Classroom Intruction and
Management”. New York: ME Graw Hill Companies, Inc.
Arikunto, Suharsimi. 1999. “Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan”. (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Dees, Robert L. 1991. “The Role of Cooperative
Learning in Increasing Problem Solving Ability in a College Remedial Course.
Journal for Research in Mathematics Education.
Hudoyo, H. 1998. “Mengajar Belajar Matematika”.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
---------, H. 1998. Pembelajaran Matematika menurut
Pandangan Konstruktivis”. Malang: PPs IKIP Malang.
Ibrahim, M dkk. 2000. “Pembelajaran Kooperatif”.
Surabaya: University Press.
Nur Muhammad, 1996. “Pembelajaran Kooperatif”.
Surabaya: IKIP Surabaya University Press.
---------------------, 1998. “Pendekatan-pendekatan
konstruktivisme dalam Pembelajaran IKIP Surabaya.
Post. Rh.R. 1992. “Theaching Mathematics in Grades
K-8: Research-Based Methods. Massachussets: A Division of Simon & Schuster.
Inc.
Russefendi. E.T. 1979. “Dasar-dasar Matematika
Modern”. Bandung: Tarsito.
Ratumanan, Tanwey G. 2002. “Belajar dan Pembelajaran”.
Surabaya: UNESA University Press.
Slameto. 1980. “Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya”. Cetakan ke dua. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedjadi, R. 2000. “Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia”. Jakarta: Depdikbud.
Slavin, Robert, E. 1994. “ Educational Psychology:
Theory and Practice”. Massachussetts, Allyn and Bacon Publisher.
--------------------. 1995. “Cooperative Learning
Theory and Practice”. Secon Edition. Massachussets: Allyn and Bacon Publisher.
--------------------. 2000. “Educational Psychology
Theory and Practice”. Sixth Edition. Massachussets: Allyn and Bacon Publisher.
Suherman, Erman. 2001. “Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer”. Bandung: JICA – UPI.
12:50 PM Hayardin Putra 2 comments
Model pembelajaran pada
postingan kali ini akan berbagi mengenai Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD setelah pada postingan yang lalu
telah membahas mengenai Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran
STAD.
Bagi Anda yang saat ini sedang mencari referensi mengenai Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Anda bisa kembali melirik postingan terdahulu dalam blog ini mengenai Kelebihan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebelum kita sama sama membahas mengenai Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Bagi Anda yang saat ini sedang mencari referensi mengenai Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Anda bisa kembali melirik postingan terdahulu dalam blog ini mengenai Kelebihan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebelum kita sama sama membahas mengenai Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kelemahan Atau Kekurangan Model Pembelajaran STAD dalam
proses penyusunan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu unsur
yang perlu Anda masukkan jika memilih Model Pembelajaran STAD sebagai Model
Pembelajaran dalam menyusun PTK. Oleha karena itu tulisan ini hadir untuk Anda.
Lewat tulisan yang sederhana ini saya akan berbagi kepada Anda mengenai
Kelemahan atau Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran
STAD merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang tergolong mudah dalam penerapannya ketika kita
mengajar di dalam kelas. Saya pribadi ketika masa masa PPL maupun saat hari pertama
mengajar sebagai Guru honorer di SD Inp 30 Siawung di
Kecamatan Barru Kabupaten Barru lebih cenderung memakai model pembelajaran STAD
ketika mengajar di dalam kelas.
Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan
atau keunggulan juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Dess (1991: 411)
mengemukakan 4 Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD sebagai berikut:
1.
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua
guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
2.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga
pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga
sulit mencapai target kurikulum.
4.
Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat
suka bekerja sama.
Selama saya mengajar di SD Inp 30 Siawung dan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, saya juga dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa salah satu kekurangan yang kadang didapatkan ketika
mengajar di dalam kelas dengan menggunakan Model Pembelajaran STAD yaitu
terkadang ada anggota kelompok yang tidak aktif ketika Proses Kerja Kelompok
berlangsung.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan Usaha Ekstra
dari Guru untuk mengontrol jalannya diskusi kelompok sehingga semua anggota
kelompok bisa aktif pada saat proses Kerja Kelompok berlangsung.
Bagaimana ? Apakah Anda sudah mendapat sedikit
gambaran mengenai Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ?
Bagi Anda yang berprofesi sebagai Guru, Semoga setelah
menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD ini, kompetensi dasar yang
Kita harapkan bisa tercapai. Amin
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif untuk Diterapkan Di Kelas Anda
Labels: Model
pembelajaran
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Tinjauan Umum Model Pembelajaran Kooperatif
Blog ptk dan
model pembelajaran kali ini akan membahas jenis-jenis model pembelajaran
kooperatif apa saja yang dapat digunakan di kelas. Banyak guru tertarik
untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif dikelasnya karena banyaknya
kelebihan yang dimiki model pembelajaran kooperatif ini, misalnya meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebelum masuk
ke bagian utama yaitu tentang jenis-jenis model pembelajaran kooperatif,
ada baiknya kita kembali membaca kilasan singkat tentang model pembelajaran kooperatif
ini. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang
harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap
siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang
heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. Model
pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan
permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh
adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur
penghargaan (reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif,
maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada
model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta
struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif yang Dapat Diterapkan Guru
Berikut ini daftar beberapa model
pembelajaran kooperatif yang efektif:
TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran
kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa
mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan
kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya
belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi
pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan
sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian
diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor.
Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan
suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil
melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk
kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna. Kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa bertanggungjawab untuk memeriksa
pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk
membantu kelompok-kelompok kecil yang menemuai banyak hambatan dalam belajar
yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada
tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif
untuk digunakan dalam pembelajaran.
STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang
disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran.
Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai
tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara
individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja
dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada
baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD
ini kepada siswa.
Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru dapat
memberikan sebuah kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang
dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan
satu kata secara bergiliran.
Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan
dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins
(Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw
ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya
sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta
mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk
dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang
lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara
siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini
adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2)
kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang
heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari
suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas
masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok
ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota
kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan
kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di
kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan
saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok
lainnya secara bergantian.
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa
Tim Jigsaw
Untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap kelompok untuk
mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa
saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka
pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya
dan kemudian saling mengajarkan (menjelaskan) tentang materi yang menjadi
tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang
utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.
Jigsaw II
Tipe model pembelajaran
kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw. Jigsaw II
dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok
asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota
difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap
anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami.
Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya
pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.
Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)
Tipe model pembelajaran
kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen (2003). Perbedaanya dengan tipe
Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota
kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka
pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari
kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau
dalami) kepada seluruh kelas.
NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama
Pada modelpembelajaran kooperatif
tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai
dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk
menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru
tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh
siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru
menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang
jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.
TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif
tipe TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya
hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada
model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa
dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya.
Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen
berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran
kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three
problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah
pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian
mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas.
Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan
orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara
pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai
orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi
orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran,
selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil
wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model
pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk
mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah).
Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif
tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti pada
saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan
mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam
kelompok mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk
mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang
terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat
membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.
GI (Group Investigasi)
Model pembelajaran kooperatif
tipe group investigasi telah banyak dibahas pada blog ptk dan model
pembelajaran ini. Silakan baca tentang model pembelajaran kooperatif group
investigasi:
- Tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi
- Efektivitas kelompok kooperatif pada tipe GI ini juga perlu untuk dievaluasi
- Evaluasi proses inkuiri yang dilakukan siswa saat model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi
- Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe GI
- langkah-langkah desain model dan implementasinya di kelas
Go Around (Berputar)
Model pembelajaran kooperatif
tipe go around sebenarnya adalah variasi dari model pembelajaran
kooperatif tipe group investigasi. Baca lebih lanjut tentang langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif
Go Around
Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif
tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh
Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal
teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang
meminta siswa untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam
sebuah dialog (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan).
Setiap anggota pasangan akanbergantian membaca teks dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik (feedback).
Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk
melatih dan menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi,
bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe
reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat belajar
secara efektif dari siswa lainnya. Baca artikel yang lebih rinci tentang model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching
(pengajaran timbal balik).
CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif
tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah sebuah
model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan
membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada
jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran
kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui
presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi
juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan untuk
menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang
disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC
ini siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu
sebuah kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari
satu sama lain bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui
teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk
menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya
membaca bersuara (oral reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan
pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi
berdasarkan sebuah cerita, hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku
kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran.
Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam
belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.
The Williams
Tipe model pembelajaran
kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah
pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model
pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada
tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif
tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman
(1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota
pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan.
Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan
pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru
kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah
diajukan tersebut dari seluruh kelas.
TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif
tipe think pairs-check adalah modifikasi dari tipe think pairs share,
di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek
jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.
TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif
TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model pembelajaran
kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk
menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran
menulis.
Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran
kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua lingkaran konsentris atau dua
barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah
pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa
mendiskusikan jawabannya dengan siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah satu
menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jamsehingga
akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan
kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan
hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan.
Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta menuliskan
pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes.
Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif
tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau untuk
menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka
(contohnya: Bila kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah
berupa...). Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan
kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya
tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah
diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah
beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di
kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat
sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi
cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around adalah
modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go around.
Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya : berikan sebuah
kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah
siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori
tersebut.
LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali
mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together
(Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas
Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together, siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk
mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar
kerja. Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja
kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning
Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang
bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.
Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif
tipe student team learning ini dikembangkan di John Hopkins University –
Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif
di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang
lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut
bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota
kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus
belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran
kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2)
akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan.
Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat
memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu
anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok
atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi
kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor
peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray
ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa
yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one
stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three
stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer
Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay
two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling
berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.
Demikian pembahasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran kooperatif. Pada artikel selanjutnya, blog ptk dan model pembelajaran akan menguraikan lebih detail mengenai beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang belum diulas pada artikel-artikel sebelumnya. Sampai jumpa.
Demikian pembahasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran kooperatif. Pada artikel selanjutnya, blog ptk dan model pembelajaran akan menguraikan lebih detail mengenai beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang belum diulas pada artikel-artikel sebelumnya. Sampai jumpa.
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa kasih komentarnya yah ... ! masukan dan kritikan sangat kami harapkan ... !