Dua Air Laut yang bertemu, Subhanalloh...
ORANG NASRANI ITU BENAR
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Jacques Cousteau adalah seorang ilmuwan Oceanografi (ilmu kelautan) asal Perancis yang kesohor. Ia lahir 1910 M, ikut menyaksikan perihnya dua masa perang dunia yang dialami oleh bangsa Eropa. Ilmuwan ini bekerja dalam bidang kelautan dan biologi air serta teknologi riset dan dokumentasi gambar bagi alam yang tadinya tidak diketahui, kemudian menjadi sesuatu yang nyata dan kasat mata di bawah terik matahari berkat jasa ilmuwan besar ini.
Perjalanan Cousteau bersama laut memakan waktu dua tahun, dan bukan sekedar petualangan untuk riset. Ia juga ikut memberikan sumbangsih dalam bentuk karya ilmiah yang khusus membahas dunia laut dan samudera serta explorasinya. Ia juga pakar lingkungan, pembuat film-film dokumenter, fotografer, penulis, dan peneliti.
Hidupnya ia habiskan untuk mempelajari lautan dan samudera serta yang ada padanya dari segala makhluk hidup. Ia juga berjasa dalam penemuan kamera modern yang canggih yang bisa mengambil gambar di bawah air hingga kedalaman 350 M kemudian 500 M. Ia banyak mengeluarkan film-film dokumenter ilmiah yang gaungnya meluas ke seantero dunia. Yang paling popular adalah acara dunia laut dan alam yang bisu.
Karya ilmiahnya tidak berhenti sekalipun sudah melewati 86 tahun dari usianya. Tidak ada yang menghentikannya kecuali kapal perang yang menghantam kapalnya, Calypso, dan menenggelamkannya di akhir usianya. Ia menderita sakit setelah itu selama beberapa bulan, ia terserang gagal jantung yang membawa kepada kematiannya, akan tetapi ia telah memulai bersama putra dan pembantunya untuk membuat kapal yang kedua yang lebih canggih.
Dari torehan sejarah tokoh ini, kita dapati bahwa ia telah mencatat sesuatu yang mulia dan agung yang khusus mengenai explorasi ilmiah dalam laut, dan yang ikut andil dalam perkembangan ilmiah yang dirasakan oleh dunia saat ini. Akan tetapi ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa, yakni di puncak ketenaran dan keberhasilannya yang merambah ufuk, yaitu ketika mengumumkan keislamannya berdasarkan banyak referensi Islam, di antaranya adalah situs resmi Yusuf Estes, dan banyak blog serta surat kabar elektronik, sehingga hal itu menjadi suatu hakikat yang tidak terbantahkan.
Beberapa tahun sebelumnya, saya pribadi menjumpai sejumlah orang Nasrani dari Arab, mereka menegaskan bahwa berita masuk Islamnya Jacques Cousteau tidak benar! Berita itu hanyalah kebohongan atas namanya. Salah seorang mereka menyebutkan beberapa argumentasi yang setelah itu saya merasa yakin akan kebenarannya. Diantaranya adalah upacara kremasi jenazahnya yang dihadiri oleh istri dan keluarganya. Juga upacara penguburannya di komplek pekuburan Nasrani Katholik di kota Saint Andre, Prancis. Ia meninggal dunia tahun 1997.
Untuk menjaga obyektifitas dan keadilan bagi umat Nasrani dan selain mereka, saya mengakui kebenaran argumentasi mereka yang memaparkan informasi seputar Jacques Cousteau. Saya katakan "orang Nasrani itu benar". Akan tetapi di samping itu, saya juga akan memberikan beberapa kemungkinan atas masuk Islamnya Jacques Cousteau. Di antaranya, ia masuk Islam tetapi tidak mengumumkan keislamannya, atau bahwa yang terjadi berupa upacara kremasi dan penguburan di komplek makam Nasrani adalah di luar kehendaknya, sebab ia sudah meninggal dunia. Masing-masing kemungkinan ini sah dan bisa terjadi, sekalipun argumentasi orang Nasrani dalam masalah ini lebih kuat.
Ini termasuk sikap inshaf atau obyektif dan menerima kebenaran, di mana kita semua harus menghiasi diri dengannya, termasuk umat Nasrani, khususnya yang jujur dan tulus dari mereka. Ketika mengakui ucapan ini, sebab hukum asalnya adalah bahwa seseorang itu tetap dalam agamanya, hingga didapati bukti kuat yang menunjukkan perubahan agama. Karena itulah saya menghukumi dengan apa yang tampak oleh saya. Bukan berarti saya membangun pernyataan ini di atas tebakan atau kemungkinan.
Kita serahkan urusan batin kepada Allah Ta'aa.
Dalam kesempatan ini saya akan menjelaskan hakikat penting, yaitu:
1. Jacques Cousteau masuk Islam atau tidak, hal itu tidak akan menambah atau mengurangi kekuatan dalam Islam, karena Allah tidak membutuhkan sesuatu dari makhluk-Nya, termasuk yang muslim, sebaliknya seluruh makhluk itu membutuhkan Nya. Seseorang ketika mendapat hidayah, sesungguhnya hidayah itu untuk dirinya.
2. Kami tegaskan kepada umat Nasrani bahwa kami obyektif, atau bersungguh-sungguh agar kami bisa melakukan sesuatu yang adil.
3. Jika Jacques Cousteau ternyata tidak masuk Islam, sesungguhnya selainnya telah banyak yang masuk Islam dari para ilmuwan Nasrani, pakar dan cendekiawan mereka, bahkan pendetanya di seluruh tampat di dunia ini.
4. Dengan makalah ini kami hendak memaparkan sebab masuk Islamnya Jacques Cousteau, sebagaimana disebutkan dalam kisah masuk Islamnya yang tersebar luas, agar kita bisa mengambil pelajaran terlepas benar atau tidaknya berita masuk Islamnya. Seperti yang saya jelaskan, dalam hal ini saya hanya menghukumi berdasarkan lahiriahnya bahwa ia tidak masuk Islam, wallahu a'lam.
Sekarang, kami hendak memaparkan sebab yang karenanya membuat Jacques Cousteau kesohor telah masuk Islam. Sebab itu adalah puncak penemuan ilmiah yang agung, yang mengharuskan seluruh umat Nasrani mengakuinya, berhenti padanya, dan merenungkannya, baik berita masuk Islamnya itu benar atau tidak.
Berikut ini ringkasannya:
Jacques Cousteau mengatakan tentang sebab keislamannya, "Aku masuk Islam karena aku menjawab lautan dan samudera. Aku menyingkap bahwa dunia yang tidak diketahui (penuh misteri) dan luar biasa ini. Aku mendapati tanda-tanda kebesaran Allah yang tampak padanya, sebab Dialah yang menciptakannya. Kemudian aku dapati dalam al-Qur`an apa yang menegaskan tentang tanda-tanda dan penemuan tersebut, yang tidak diketahui oleh siapapun selain Allah.
Penemuan yang menyingkap tabir sains modern dari sebagiannya sekarang ini. Bagaimana mungkin seseorang seperti Muhammad mengetahui tanda-tanda tersebut lalu membukukannya dalam kitab al-Qur`an seperti yang mereka tuduhkan?"
Ia menambahkan, "Termasuk hakikat-hakikat ilmiah yang disebutkan al-Qur`an dan membuatku terperangah adalah bahwa aku menemukan adanya sekat dan pembatas (barzakh) antara dua lautan ketika bertemu pada suatu titik di setiap lautan dan samudera di dunia ini.
Sekat itu ibaratnya arus laut ketiga yang berbeda dengan dua lautan yang bertemu. Contohnya di selat Jabal Tariq (Gibraltar) ada pertemuan antara Laut Tengah dengan samudera Atlantik, di selat Bab al-Mandab, ada pertemuan antara Laut Merah dengan Laut Arab dan Samudera Hindia. Aku menemukan dan menyaksikan sendiri pembatas antara dua laut itu, aku melihatnya dengan mata dan aku mengabadikannya dengan kamera.
Aku menelitinya dan aku berkeliling dari ujung ke ujung dan kedalamannya. Itu adalah laut lain yang terpisah dari dua lautan yang bertemu, laut terpisah dengan lingkungannya, airnya, keasamannya, ikan-ikan dan tumbuhan lautnya, begitu pula tingkat panas dan tekanan serta sifat-sifat fisika dan kimia, tidak sama dengan dua laut yang bertemu.
Sungguh laut yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an secara jelas ini, memiliki kekhususan yang berbeda dengan dua laut yang bertemu. Kesendirian, kekhasan (perbedaan) yang Allah tentukan ini terjadi dalam semua hal, tingkat keasaman, ketebalan, ikan-ikan dan suhu panasnya, bahkan ombak dan ikan-ikan tidak memasuki pemisah ini selamanya.
Mestinya yang diperkirakan adalah kita akan mendapati percampuran antara dua laut, persenyawaan dan kemiripan, akan tetapi kita mendapatkan hakikat lain. Siapa yang memberitahukan kepada Muhammad tentang hakikat ilmiah modern ini, yang kita berkenalan dengannya dewasa ini? Dialah Allah Yang Mahasuci. Salah seorang pelaut Arab dari Yaman menunjukkan kepada saya, saat itu saya sedang melaut di Bab al-Mandab, ia menunjukkan ayat al-Qur`an yang mengisyaratkan hakikat ilmiah yang mencengangkan itu.
di antaranya adalah ayat berikut:
”Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [ ].”
(QS. Ar-Rahman: 19-20)
Saya (Mamduh), setelah menyampaikan kisah dan menyebutkan sebabnya, saya tujukan ucapan saya kepada orang-orang yang jujur dan tulus dari umat Nasrani, silakan mereka memikirkan hakikat ilmiah yang tidak terbantah ini, dimana tidak mungkin menolaknya atau meragukannya. Bagaimana mungkin Muhammad mengetahuinya sementara beliau tidak pernah naik perahu dan melihat sendiri hakikat itu?
Apa pendapat Anda sekalian jika saya katakan bahwa Nabi tidak pernah sekalipun berenang di lautan? Sesuatu yang mengejutkan, yang hendak saya sampaikan kepada Anda sekalian adalah bahwa Nabi seumur-umur tidak pernah melihat laut walau hanya sekali!
Bagaimana mungkin beliau mengetahui hakikat ini, juga hakikat lainnya? saya tidak ingin Anda menjawab pertanyaan ini, silakan hati Anda yang jujur yang akan menjawabnya.
Saya berharap adanya penelitian ilmiah yang serius dalam masalah ini, jauh dari fanatisme. Perlu diketahui bahwa di sana terdapat materi-materi gambar di internet yang mengabadikan hakikat ilmiah ini. Saya harapkan agar Anda melihatnya atau sejenak membaca dan merenungkannya, khususnya pada titik temu antara air sungai dan lautan, Anda akan melihat hakikat ini dengan mudah.
Hendaknya orang-orang yang tulus dan jujur dari umat Nasrani mengingat, bahwa Nabi adalah orang yang tidak bisa baca dan tulis, maka bagaimana mungkin sanggup mendatangkan hakikat ilmiah yang ditemukan setelah beliau wafat lebih dari 1.400 tahun?
Yang menarik dari hakikat ilmiah ini adalah bahwa ia tidak bertentangan dengan hakika al-Qur`an. Ini termasuk yang menguatkan (kebenaran al-Qur`an) sekalipun orang-orang menentang dan meragukan bahwa al-Qur`an itu adalah kitabullah.
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Jacques Cousteau adalah seorang ilmuwan Oceanografi (ilmu kelautan) asal Perancis yang kesohor. Ia lahir 1910 M, ikut menyaksikan perihnya dua masa perang dunia yang dialami oleh bangsa Eropa. Ilmuwan ini bekerja dalam bidang kelautan dan biologi air serta teknologi riset dan dokumentasi gambar bagi alam yang tadinya tidak diketahui, kemudian menjadi sesuatu yang nyata dan kasat mata di bawah terik matahari berkat jasa ilmuwan besar ini.
Perjalanan Cousteau bersama laut memakan waktu dua tahun, dan bukan sekedar petualangan untuk riset. Ia juga ikut memberikan sumbangsih dalam bentuk karya ilmiah yang khusus membahas dunia laut dan samudera serta explorasinya. Ia juga pakar lingkungan, pembuat film-film dokumenter, fotografer, penulis, dan peneliti.
Hidupnya ia habiskan untuk mempelajari lautan dan samudera serta yang ada padanya dari segala makhluk hidup. Ia juga berjasa dalam penemuan kamera modern yang canggih yang bisa mengambil gambar di bawah air hingga kedalaman 350 M kemudian 500 M. Ia banyak mengeluarkan film-film dokumenter ilmiah yang gaungnya meluas ke seantero dunia. Yang paling popular adalah acara dunia laut dan alam yang bisu.
Karya ilmiahnya tidak berhenti sekalipun sudah melewati 86 tahun dari usianya. Tidak ada yang menghentikannya kecuali kapal perang yang menghantam kapalnya, Calypso, dan menenggelamkannya di akhir usianya. Ia menderita sakit setelah itu selama beberapa bulan, ia terserang gagal jantung yang membawa kepada kematiannya, akan tetapi ia telah memulai bersama putra dan pembantunya untuk membuat kapal yang kedua yang lebih canggih.
Dari torehan sejarah tokoh ini, kita dapati bahwa ia telah mencatat sesuatu yang mulia dan agung yang khusus mengenai explorasi ilmiah dalam laut, dan yang ikut andil dalam perkembangan ilmiah yang dirasakan oleh dunia saat ini. Akan tetapi ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa, yakni di puncak ketenaran dan keberhasilannya yang merambah ufuk, yaitu ketika mengumumkan keislamannya berdasarkan banyak referensi Islam, di antaranya adalah situs resmi Yusuf Estes, dan banyak blog serta surat kabar elektronik, sehingga hal itu menjadi suatu hakikat yang tidak terbantahkan.
Beberapa tahun sebelumnya, saya pribadi menjumpai sejumlah orang Nasrani dari Arab, mereka menegaskan bahwa berita masuk Islamnya Jacques Cousteau tidak benar! Berita itu hanyalah kebohongan atas namanya. Salah seorang mereka menyebutkan beberapa argumentasi yang setelah itu saya merasa yakin akan kebenarannya. Diantaranya adalah upacara kremasi jenazahnya yang dihadiri oleh istri dan keluarganya. Juga upacara penguburannya di komplek pekuburan Nasrani Katholik di kota Saint Andre, Prancis. Ia meninggal dunia tahun 1997.
Untuk menjaga obyektifitas dan keadilan bagi umat Nasrani dan selain mereka, saya mengakui kebenaran argumentasi mereka yang memaparkan informasi seputar Jacques Cousteau. Saya katakan "orang Nasrani itu benar". Akan tetapi di samping itu, saya juga akan memberikan beberapa kemungkinan atas masuk Islamnya Jacques Cousteau. Di antaranya, ia masuk Islam tetapi tidak mengumumkan keislamannya, atau bahwa yang terjadi berupa upacara kremasi dan penguburan di komplek makam Nasrani adalah di luar kehendaknya, sebab ia sudah meninggal dunia. Masing-masing kemungkinan ini sah dan bisa terjadi, sekalipun argumentasi orang Nasrani dalam masalah ini lebih kuat.
Ini termasuk sikap inshaf atau obyektif dan menerima kebenaran, di mana kita semua harus menghiasi diri dengannya, termasuk umat Nasrani, khususnya yang jujur dan tulus dari mereka. Ketika mengakui ucapan ini, sebab hukum asalnya adalah bahwa seseorang itu tetap dalam agamanya, hingga didapati bukti kuat yang menunjukkan perubahan agama. Karena itulah saya menghukumi dengan apa yang tampak oleh saya. Bukan berarti saya membangun pernyataan ini di atas tebakan atau kemungkinan.
Kita serahkan urusan batin kepada Allah Ta'aa.
Dalam kesempatan ini saya akan menjelaskan hakikat penting, yaitu:
1. Jacques Cousteau masuk Islam atau tidak, hal itu tidak akan menambah atau mengurangi kekuatan dalam Islam, karena Allah tidak membutuhkan sesuatu dari makhluk-Nya, termasuk yang muslim, sebaliknya seluruh makhluk itu membutuhkan Nya. Seseorang ketika mendapat hidayah, sesungguhnya hidayah itu untuk dirinya.
2. Kami tegaskan kepada umat Nasrani bahwa kami obyektif, atau bersungguh-sungguh agar kami bisa melakukan sesuatu yang adil.
3. Jika Jacques Cousteau ternyata tidak masuk Islam, sesungguhnya selainnya telah banyak yang masuk Islam dari para ilmuwan Nasrani, pakar dan cendekiawan mereka, bahkan pendetanya di seluruh tampat di dunia ini.
4. Dengan makalah ini kami hendak memaparkan sebab masuk Islamnya Jacques Cousteau, sebagaimana disebutkan dalam kisah masuk Islamnya yang tersebar luas, agar kita bisa mengambil pelajaran terlepas benar atau tidaknya berita masuk Islamnya. Seperti yang saya jelaskan, dalam hal ini saya hanya menghukumi berdasarkan lahiriahnya bahwa ia tidak masuk Islam, wallahu a'lam.
Sekarang, kami hendak memaparkan sebab yang karenanya membuat Jacques Cousteau kesohor telah masuk Islam. Sebab itu adalah puncak penemuan ilmiah yang agung, yang mengharuskan seluruh umat Nasrani mengakuinya, berhenti padanya, dan merenungkannya, baik berita masuk Islamnya itu benar atau tidak.
Berikut ini ringkasannya:
Jacques Cousteau mengatakan tentang sebab keislamannya, "Aku masuk Islam karena aku menjawab lautan dan samudera. Aku menyingkap bahwa dunia yang tidak diketahui (penuh misteri) dan luar biasa ini. Aku mendapati tanda-tanda kebesaran Allah yang tampak padanya, sebab Dialah yang menciptakannya. Kemudian aku dapati dalam al-Qur`an apa yang menegaskan tentang tanda-tanda dan penemuan tersebut, yang tidak diketahui oleh siapapun selain Allah.
Penemuan yang menyingkap tabir sains modern dari sebagiannya sekarang ini. Bagaimana mungkin seseorang seperti Muhammad mengetahui tanda-tanda tersebut lalu membukukannya dalam kitab al-Qur`an seperti yang mereka tuduhkan?"
Ia menambahkan, "Termasuk hakikat-hakikat ilmiah yang disebutkan al-Qur`an dan membuatku terperangah adalah bahwa aku menemukan adanya sekat dan pembatas (barzakh) antara dua lautan ketika bertemu pada suatu titik di setiap lautan dan samudera di dunia ini.
Sekat itu ibaratnya arus laut ketiga yang berbeda dengan dua lautan yang bertemu. Contohnya di selat Jabal Tariq (Gibraltar) ada pertemuan antara Laut Tengah dengan samudera Atlantik, di selat Bab al-Mandab, ada pertemuan antara Laut Merah dengan Laut Arab dan Samudera Hindia. Aku menemukan dan menyaksikan sendiri pembatas antara dua laut itu, aku melihatnya dengan mata dan aku mengabadikannya dengan kamera.
Aku menelitinya dan aku berkeliling dari ujung ke ujung dan kedalamannya. Itu adalah laut lain yang terpisah dari dua lautan yang bertemu, laut terpisah dengan lingkungannya, airnya, keasamannya, ikan-ikan dan tumbuhan lautnya, begitu pula tingkat panas dan tekanan serta sifat-sifat fisika dan kimia, tidak sama dengan dua laut yang bertemu.
Sungguh laut yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an secara jelas ini, memiliki kekhususan yang berbeda dengan dua laut yang bertemu. Kesendirian, kekhasan (perbedaan) yang Allah tentukan ini terjadi dalam semua hal, tingkat keasaman, ketebalan, ikan-ikan dan suhu panasnya, bahkan ombak dan ikan-ikan tidak memasuki pemisah ini selamanya.
Mestinya yang diperkirakan adalah kita akan mendapati percampuran antara dua laut, persenyawaan dan kemiripan, akan tetapi kita mendapatkan hakikat lain. Siapa yang memberitahukan kepada Muhammad tentang hakikat ilmiah modern ini, yang kita berkenalan dengannya dewasa ini? Dialah Allah Yang Mahasuci. Salah seorang pelaut Arab dari Yaman menunjukkan kepada saya, saat itu saya sedang melaut di Bab al-Mandab, ia menunjukkan ayat al-Qur`an yang mengisyaratkan hakikat ilmiah yang mencengangkan itu.
di antaranya adalah ayat berikut:
”Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [ ].”
(QS. Ar-Rahman: 19-20)
Saya (Mamduh), setelah menyampaikan kisah dan menyebutkan sebabnya, saya tujukan ucapan saya kepada orang-orang yang jujur dan tulus dari umat Nasrani, silakan mereka memikirkan hakikat ilmiah yang tidak terbantah ini, dimana tidak mungkin menolaknya atau meragukannya. Bagaimana mungkin Muhammad mengetahuinya sementara beliau tidak pernah naik perahu dan melihat sendiri hakikat itu?
Apa pendapat Anda sekalian jika saya katakan bahwa Nabi tidak pernah sekalipun berenang di lautan? Sesuatu yang mengejutkan, yang hendak saya sampaikan kepada Anda sekalian adalah bahwa Nabi seumur-umur tidak pernah melihat laut walau hanya sekali!
Bagaimana mungkin beliau mengetahui hakikat ini, juga hakikat lainnya? saya tidak ingin Anda menjawab pertanyaan ini, silakan hati Anda yang jujur yang akan menjawabnya.
Saya berharap adanya penelitian ilmiah yang serius dalam masalah ini, jauh dari fanatisme. Perlu diketahui bahwa di sana terdapat materi-materi gambar di internet yang mengabadikan hakikat ilmiah ini. Saya harapkan agar Anda melihatnya atau sejenak membaca dan merenungkannya, khususnya pada titik temu antara air sungai dan lautan, Anda akan melihat hakikat ini dengan mudah.
Hendaknya orang-orang yang tulus dan jujur dari umat Nasrani mengingat, bahwa Nabi adalah orang yang tidak bisa baca dan tulis, maka bagaimana mungkin sanggup mendatangkan hakikat ilmiah yang ditemukan setelah beliau wafat lebih dari 1.400 tahun?
Yang menarik dari hakikat ilmiah ini adalah bahwa ia tidak bertentangan dengan hakika al-Qur`an. Ini termasuk yang menguatkan (kebenaran al-Qur`an) sekalipun orang-orang menentang dan meragukan bahwa al-Qur`an itu adalah kitabullah.
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa kasih komentarnya yah ... ! masukan dan kritikan sangat kami harapkan ... !