skripsi Tesi Triani, S.Pd metode SQRQCQ
skripsi Tesi Triani, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber. Hal ini seiring dengan
tuntutan akan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri oleh
setiap individu yang terlibat dalam proses untuk mendapatkan informasi.
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mencapai tujuan tersebut.
Dengan demikian setiap siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh,
memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu
berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis,
logis, kreatif dan efektif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan
melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan
keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsep-konsep sehingga siswa
terampil berfikir rasional (Depdiknas, 2003).
|
Tercapai
atau tidaknya tujuan pembelajaran matematika tidak lepas dari proses
pembelajaran itu sendiri. Dalam proses pembelajaran ini guru diharapkan
dapat melakukan usaha perbaikan. Salah satu usaha perbaikan yang dapat
dilakukan adalah memilih strategi pembelajaran yang tepat, sebab dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dapat mendukung
keberhasilan proses belajar mengajar. Syah (2000) mengemukakan strategi
pembelajaran mempengaruhi taraf keberhasilan siswa. Strategi
pembelajaran berperan penting dalam proses pembelajaran, yang
selanjutnya menentukan hasil belajar siswa.
Berkaitan
dengan hasil belajar, berdasarkan wawancara penulis dengan salah
seorang guru bidang studi matematika di SMP Negeri 4 Mandau diperoleh
informasi bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa SMP kelas VIII3
semester ganjil 2006/2007 adalah 49. Kemudian persentase jumlah siswa
yang mencapai SKBM adalah 21%. Hasil belajar yang diperoleh ini masih
jauh dari SKBM yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Akibatnya, rata-rata
nilai ulangan siswa pada materi pokok Teorema Pythagoras tahun pelajaran
2006/2007 yaitu 46 dan persentase siswa yang mencapai SKBM yaitu 17%.
Guru bidang studi matematika kelas VIII3
SMP Negeri 4 Mandau lebih lanjut menyatakan bahwa penyebab rendahnya
hasil belajar matematika siswa terutama yang berhubungan dengan
soal-soal cerita adalah siswa cenderung mempelajari matematika dari
soal-soal yang telah ada pemecahannya, siswa kurang memahami kalimat
dari soal cerita sehingga siswa belum bisa menentukan apa yang
diketahui, apa yang ditanya, dan model matematika apa yang digunakan.
Siswa kurang mampu untuk menganalisis soal cerita yang diberikan, dan
apabila diberikan soal cerita yang berbeda kalimatnya dari contoh soal
yang dijelaskan guru, kebanyakan siswa tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik.
Usaha
yang telah dilakukan guru matematika SMP Negeri 4 Mandau agar siswa
dapat menyelesaikan soal cerita adalah dengan memberikan bimbingan
kepada siswa dengan langkah–langkah penyelesaiaan soal cerita yaitu
menentukan apa yang diketahui, menentukan apa yang ditanya dan
menentukan model matematika serta melakukan perhitungan sesuai dengan
model matematika. Guru juga memberikan soal latihan yang bervariasi,
namun hal ini belum menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika
siswa karena siswa masih banyak yang belum memahami langkah–langkah yang
diberikan oleh guru.
Dengan memperhatikan kondisi di atas, peneliti ingin memperkenalkan suatu strategi pembelajaran SQRQCQ (Survey, Question, Re-read, Question, Compute, Question) pada siswa kelas VIII3
SMP Negeri 4 Mandau pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Strategi pembelajaran SQRQCQ dikembangkan oleh Forgan dan
Mangrum pada tahun 1985. Strategi ini dirancang untuk membantu siswa
dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Strichart (2000) kesulitan
siswa menyelesaikan soal cerita disebabkan mereka tidak tahu bagaimana
langkah yang sistematis dalam menyelesaikan soal tersebut. Strategi
SQRQCQ mempunyai 6 tahap yaitu: Survey, Question, Re-read, Question, Compute, Question.
Dalam
menggunakan strategi pembelajaran SQRQCQ, siswa meneliti masalah yang
terkandung dalam kalimat pada soal yang diberikan. Menulis informasi
dari soal tersebut dan menyusun pertanyaan untuk menentukan apa yang
diminta. Mereka membaca kembali soal untuk mengetahui berbagai fakta dan
memutuskan model matematika untuk menjawab pertanyaan dan kemudian
melakukan perhitungan. Terakhir siswa bertanya tentang kebenaran jawaban
yang ia dapatkan (Leu dan Kinzer, 1991). Dengan demikian diharapkan
dalam pembelajaran ini siswa dapat memahami materi yang memuat soal
cerita sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
B. Rumusan Masalah
Apakah
penerapan strategi pembelajaran SQRQCQ pada proses pembelajaran
matematika khususnya pembelajaran yang memuat soal cerita dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui
strategi pembelajaran SQRQCQ pada pembelajaran matematika yang memuat
soal cerita di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, strategi pembelajaran SQRQCQ diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau terutama pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Bagi Guru, sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau terutama pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
3. Bagi
Sekolah, tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil
belajar matematika siswa di SMP Negeri 4 Mandau.
4. Bagi
Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak
dalam rangka menindak lanjuti penelitian dengan ruang lingkup yang lebih
luas.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Hasil Belajar Matematika
Belajar
merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu dan
pengalaman yang baru. Adanya hasil belajar pada diri seseorang ditandai
dengan perubahan tingkah laku. Slameto (1998) mengemukakan belajar
adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dengan hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Sudjana
(2000), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Belajar merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang
dipelajari (Djamarah, 1994).
|
Hasil
belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, secara umum hasil
belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa
melalui proses pembelajaran. Hasil belajar ini mencerminkan keluaran dan
kedalaman serta kerumitan kompetensi yang dirumuskan dalam pengetahuan,
perilaku, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat diukur dengan
berbagai teknik penilaian (Depdiknas, 2003).
Menurut
Sudjana (2000), hasil belajar pada hakikatnya adalah pembaharuan
tingkah laku pada diri seseorang. Ia juga menambahkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah hasil penilaian pendidikan
tentang kemajuan siswa setelah dilakukan aktifitas belajar (Djamarah,
1994). Moejiono yang dikutip Amir (2003) mengemukakan hasil belajar
adalah hasil yang dicapai siswa dalam bentuk angka-angka setelah
diberikan suatu tes hasil belajar pada akhir suatu pertemuan,
pertengahan semester, maupun akhir semester. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan
(Hudjojo, 1990).
Dilihat
dari pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil
belajar merupakan kemampuan yang diterima oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya dari serangkaian aktivitas pembelajaran, baik
secara individu maupun kelompok. Sedangkan hasil belajar matematika
adalah kompetensi yang dicapai atau dimiliki siswa yang dinyatakan dalam
bentuk angka-angka atau skor yang diperoleh siswa dari hasil tes
setelah mengikuti proses pembelajaran dengan strategi SQRQCQ pada pembelajaran matematika yang memuat soal cerita.
B. Soal Cerita Matematika
Soal
cerita merupakan modifikasi dari soal–soal hitungan yang berkaitan
dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Dalam media pendidikan
matematika (1992) dikemukakan bahwa langkah–langkah yang dapat membantu
siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan menumbuhkan kemampuan analisis
adalah sebagai berikut: (1) membaca soal cerita dengan cermat untuk
menangkap makna setiap kalimat; (2) memisahkan dan mengungkapkan apa
yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dari soal,
operasi/pengerjaan apa yang diperlukan; (3) membuat model matematika
dari soal; (4) menyelesaikan model menurut aturan–aturan matematika
sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut; dan (5) mengembalikan
jawab model kepada jawab soal asal.
Keterampilan
siswa perlu dikembangkan dalam memindahkan situasi yang dinyatakan
dalam soal cerita menjadi kalimat Matematika. Untuk membentuk kalimat
matematika siswa harus menganalisis soal, menentukan hal yang diketahui,
menentukan hal yang ditanya, dan mengindentifkasi simbol–simbol
matematika yang dibutuhkan. Siswa harus menentukan hubungan antara yang
diketahui dengan yang ditanya dan menyusun simbol–simbol dalam kalimat
matematika (Kramer yang dikutip Murni, 1998)
Menurut
Haji yang dikutip Murni (1998) kalimat matematika adalah salah satu
bentuk dari model Matematika. Membuat model matematika memerlukan
kemampuan awal berikut: (a) Mengetahui hal yang diketahui dalam soal;
(b) Mengetahui hal yang ditanya dalam soal; (c) Mengetahui operasi yang
diperlukan; dan (d) Mengetahui konsep dari materi yang bersangkutan.
Soal
untuk mengetahui kemampuan siswa dapat berbentuk soal cerita dan soal
bukan cerita (soal hitung). Menurut Aladin yang dikutip Haji (1994),
soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek.
Cerita yang diungkapkan dapat berupa masalah kehidupan sehari-hari atau
masalah lainnya. Soal cerita juga merupakan soal matematika yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat yang perlu diterjemahkan menjadi notasi
kalimat matematika (Topi Louw dikutip Zulkarnain, 2000). Dari definisi
soal cerita yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, soal cerita merupakan kalimat matematika yang disajikan dalam
cerita pendek baik yang mengungkapkan masalah sehari-hari atau masalah
lainnya yang harus diterjemahkan terlebih dahulu menjadi notasi
matematika.
C. Strategi Pembelajaran SQRQCQ
Dalam
menyelesaikan soal cerita, siswa sering kali menemukan kesulitan.
Penyelesaian soal cerita memerlukan kemampuan dalam menganalisa soal
untuk menghasilkan jawaban yang diminta. Kesulitan yang dihadapi siswa
disebabkan mereka masih kesulitan dalam menentukan langkah–langkah apa
yang dilakukan dalam menyelesaikan soal cerita. Kecenderungan siswa
dalam menjawab soal cerita adalah, setelah membuat apa-apa saja yang
diketahui, apa yang ditanya dan mulai kebingungan mencari jawaban untuk
memecahkan masalah. Kebanyakan siswa tidak membaca ulang dari permasalah
apa yang sedang mereka kerjakan.
Strategi
pembelajaran SQRQCQ merupakan strategi yang dirancang khusus untuk
membantu siswa dalam memahami materi yang memuat soal cerita. Strategi
pembelajaran SQRQCQ mempunyai enam tahap yaitu : Survey, Question, Re-read, Compute, dan Question (Leu dan Kinzer, 1991) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Survey maksudnya
memeriksa atau meninjau masalah yang terkandung di dalam soal. Menurut
Syah (1996) adalah memeriksa atau meneliti atau mengindentifikasi
seluruh teks. Sedangkan menurut Forgam dan Mangrum (1985) Survey adalah
membaca masalah matematika untuk menentukan langkah apa yang akan
dilakukan. Survey pada pembelajaran matematika adalah membaca
keseluruhan soal dan mempelajari maksud dari soal.
2. Question
maksudnya menyusun pertanyaan untuk menemukan apa yang diminta/ditanya.
Mengajukan pertanyaan–pertanyaan pada diri sendiri tentang materi
pembelajaran. Mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata “Apa, Siapa,
Mengapa, dan Dimana” (Nur, 1999). Selain itu juga dikemukakan Question
yaitu menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks (Syah, 1996).
Question pada langkah ini adalah menyusun pertanyaan untuk menemukan apa
yang diminta atau ditanya dari soal.
3. Re-read
maksudnya membaca kembali soal untuk mengetahui berbagai fakta dan
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut. membaca
teks secara aktif untuk mencari jawaban pertanyaan–pertanyaan yang telah
tersusun (Syah, 1996). Re-read artinya membaca kembali. Re-read pada
pembelajaran matematika adalah membaca kembali soal untuk mengetahui
berbagai fakta dan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal.
4. Question maksudnya
menyusun pertanyaan dan berfokus pada aplikasi model matematika apa
yang akan digunakan. Setelah menemukan apa yang ditanyakan dan apa yang
diketahui (fakta dan informasi) dari soal, selanjutnya dapat dibentuk
model matematika sesuai dengan permasalahan soal yang diberikan.
Zulkarnain (2000) mengemukakan bahwa untuk dapat memecahkan masalah
secara matematika, maka masalah tersebut perlu dimodelkan terlebih
dahulu. Dengan manipulasi masalah tersebut sedemikian hingga terbentuk
model matematika. Question pada langkah ini adalah siswa dapat menyusun
pertanyaan: “Model Matematika apa yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan dari soal”.
5. Compute maksudnya
melakukan perhitungan dengan model matematika yang telah ditemukan.
Forgan dan Mangrum (1985) mendefinisikan bahwa compute adalah melakukan
perhitungan dengan model matematika yang telah didapatkan. Kemampuan
melakukan perhitungan sangat diperlukan dalam menjawab soal cerita.
6. .Question maksudnya
menyusun pertanyaan apakah jawaban yang didapat sudah benar dan sesuai
dengan jawaban yang diminta. Hudojo (1990) mengemukakan jika
penyelesaian sudah diperoleh harus dicek kembali. Pertanyaan–pertanyaan
dari siswa perlu ditumbuhkan, misalnya: (a) sudah cocokkah hasilnya?;
(b) apakah tidak ada hasil yang lain?; (c) apakah ada cara yang lain
untuk menyelesaikan masalah tersebut?; dan (d) dengan cara yang berbeda
apakah hasilnya sama?. Question pada langkah ini adalah siswa melihat
kembali jawaban dari soal tersebut dan bertanya “Apakah jawaban yang
didapat sudah benar dan sesuai dengan jawaban yang diminta?”.
Berdasarkan pendapat di atas maka langkah–langkah strategi SQRQCQ yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Survey
Langkah ini merupakan langkah awal dalam menyelesaikan soal
cerita. Siswa membaca keseluruhan soal cerita dengan hati–hati untuk
mempelajari maksudnya. Jika perlu mengulanginya sekali lagi dan bertanya
kepada guru untuk menjelaskan maksud dari kata–kata yang tidak
dimengerti. Pada langkah ini ditekankan agar siswa mengerti soal
tersebut dan mendapatkan gagasan umum dari soal tersebut sebelum
melangkah ketahapan berikutnya.
2. Question
Selanjutnya,
siswa menjelaskan kembali soal cerita yang diberikan dengan
kata–katanya sendiri dan memikirkan apa yang menjadi pertanyaan dalam
soal cerita tersebut. Pada langkah ini guru memberi petunjuk atau contoh
kepada siswa untuk menyusun pertanyaan yang jelas untuk membentuk
gambaran dari masalah dalam pikirannya atau menggambarkan kerangka
masalah. Sehingga siswa menyimpulkan sebuah pertanyaan: “Apakah masalah
yang dipertanyakan dari soal ini?”. Pertanyaan-pertanyaan yang telah
dikonsep oleh siswa pada tahap question ini pada hakikatnya ditujukan
pada dirinya sendiri. Hal yang
ditanyakan dalam soal merupakan suatu masalah yang memerlukan pemecahan
dan juga termasuk salah satu komponen yang diperlukan untuk membuat
model matematika.
3. Re- read
Langkah
ketiga guru menyuruh siswa menganalisis ulang masalah untuk mengetahui
berbagai fakta dan informasi yang akan mereka butuhkan untuk
menyelesaikan masalah dengan membaca kembali soal cerita yang diberikan.
Informasi–informasi yang didapatkan dalam soal merupakan salah satu
komponen yang diperlukan untuk membuat model matematika.
4. Question
Pada
langkah ini guru membimbing siswa untuk membangun kembali pertanyaan
pada dirinya sendiri yang berfokus pada aplikasi model matematika yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan dari soal yang diberikan. Guru
memberikan contoh untuk mengonsep sebuah pertanyaan,
misalnya: “Model matematika apa yang saya perlukan untuk menjawab
pertanyaan ini?”. Sebelum pembuatan model matematika, terlebih dahulu
harus mengetahui hal yang diketahui dalam soal dan hal yang ditanya
dalam soal.
5. Compute
Guru
membimbing siswa dalam melakukan perhitungan. Pada langkah perhitungan
ini siswa menggunakan model matematika yang telah didapatkan pada
langkah sebelumnya
6. Question
Pada
langkah terakhir guru menyuruh siswa meninjau ulang jawaban yang
didapatkan dengan mencakup keakuratan jawabannya, “Apakah jawabannya
benar?”. Siswa melihat kembali pertanyaan dari soal cerita dan
menyesuaikan dengan fakta yang diberikan dari soal tersebut, dan
akhirnya siswa mengamati perhitungan yang telah dilakukan. Jika siswa
menemukan kesalahan pada jawabannya maka ia akan kembali menyelesaikan
soal cerita tersebut dengan memulai pada langkah pertama dari SQRQCQ,
jika benar maka siswa berhasil menyelesaikan soal tersebut.
Tahapan–tahapan
yang ada pada strategi pembelajaran SQRQCQ lebih terarah dan dapat
membangun kemampuan analisis berfikir siswa dalam menyelesaikan soal
cerita, sehingga siswa tidak lagi menemukan kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan soal cerita yang berbeda–beda. Dengan
strategi ini siswa terbiasa untuk menemukan apa yang ditanya dan apa
yang diketahui serta model matematika apa yang digunakan untuk
menyelesaikan soal cerita. Dalam tahapan Question, siswa membangun
pertanyaan sendiri dan ditujukan pada dirinya sendiri sebagai motivasi
dan landasan dalam menemukan jawaban yang diminta.
Penerapan
SQRQCQ pada pembelajaran dengan materi yang memuat soal cerita
dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas dan penutup.
1. Persiapan
Pada tahap ini guru melakukan beberapa langkah :
a. Memilih
satu materi pokok yang memuat soal cerita. Pada penelitian ini dipilih
materi pokok Sistem Persamaan linear Dua Variabel .
b. Membuat Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Lembar kerja siswa dibuat bertujuan agar siswa dapat menggunakan langkah–langkah strategi pembelajaran SQRQCQ.
2. Penyajian kelas gfgdfgd
Penyajian
kelas dimulai dengan kegiatan awal. Pada kegiatan awal dijelaskan
pentingnya matematika dalam kehidupan sehari–hari melalui sebuah soal
cerita, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan materi.
Penerapan strategi SQRQCQ pada proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Sintaks Penerapan Pembelajaran Dengan Strategi SQRQCQ
Tahapan
|
Aktiftas
| |
Guru
|
Siswa
| |
Survey
|
Guru menyuruh siswa membaca soal cerita yang diberikan
Guru bertanya kepada siswa, apakah ada kata atau kalimat yang tidak siswa pahami dari soal tersebut
Guru menceritakan kembali soal cerita dengan bahasa yang berbeda dan lebih mudah dipahami oleh siswa
Guru menyuruh beberapa orang siswa untuk menceritakan isi dari soal cerita dengan bahasanya masing–masing
Guru bertanya kembali, apakah siswa telah memahami dengan baik maksud dari soal cerita tersebut.
|
Siswa membaca dengan cermat, bertanya apabila ada kalimat dalam soal yang tidak dipahami oleh siswa
Siswa memperhatikan dengan cermat
Siswa menceritakan kembali isi dari soal cerita dengan bahasanya sendiri
Siswa menjawab pertanyaan
|
Question-1
|
Guru menyusun kerangka masalah yang disajikan dari soal
Guru menyimpulkan sebuah pertanyaan, contoh: “Apakah masalah yang dipertanyakan dari soal ini?”
Guru
bertanya kepada siswa, apakah siswa memiliki konsep pertanyaan yang
lain, untuk mengungkapkan masalah yang terkandung dari soal
Setelah
mengemukakan pertanyaan tadi, guru bertanya kepada siswa, apakah
mereka menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah mereka konsep
|
Siswa memperhatikan dengan cermat, bertanya apabila tidak mengerti dan menjawab pertanyaan guru
Siswa membuat konsep pertanyaan
Siswa menjawab pertanyaan yang telah mereka konsep
|
Re-read
|
Guru mengajak siswa untuk membaca kembali soal cerita yang diberikan
Guru menggaris bawahi, point–point atau faktor yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut
Guru menuliskan point–point yang telah digarisbawahi sebagai hal–hal yang diketahui untuk menyelesaikan soal cerita tersebut
|
Siswa membaca soal cerita, memperhatikan guru ketika sedang menerangkan
|
Question-2
|
Guru menghubungkan apa yang telah ditemukan pada langkah Question-1 dan Re-read
Guru bertanya pada siswa langkah apa selanjutnya yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan soal tersebut
Guru memberi contoh sebuah pertanyaan “Model matematika apa yang kita perlukan untuk menyelesaikan soal ini?”
Guru bertanya kepada siswa apakah mereka memiliki konsep pertanyaan lain ?
Guru bertanya, apakah mereka telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah mereka konsep?
|
Siswa memperhatikan guru ketika sedang menerangkan
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru
Siswa membuat konsep pertanyaan untuk Question–2 ini
Siswa menjawab pertanyaan yang telah mereka konsep
|
Compute
|
Guru melakukan perhitungan dengan menggunakan model matematika yang telah ditemukan pada langkah Question–2
|
Siswa memperhatikan guru dan mengerjakan perhitungan dari soal cerita yang diberikan
|
Question-3
|
Guru
mengajak siswa meninjau ulang jawaban yang telah diselesaikan.
Kemudian guru merumuskan sebuah pertanyaan: “Apakah jawaban yang
diperoleh telah benar?”
Guru menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya memerikas kembali jawaban yang telah mereka kerjakan
|
Siswa meninjau ulang yang telah mereka kerjakan
|
Selanjutnya,
guru membagikan LKS kepada siswa dan meminta siswa mempelajari dan
mengerjakan semua tugas pada LKS. Guru memfasilitasi siswa dalam
mengerjakan LKS yang mengacu pada langkah-langkah SQRQCQ.
3. Penutup
Guru
bersama siswa membuat kesimpulan dan pada akhir pertemuan guru
memberikan soal cerita untuk dikerjakan di rumah dengan menggunakan
strategi SQRQCQ
D. Hubungan Hasil Belajar Matematika dengan Strategi Pembelajaran SQRQCQ
Keberhasilan
siswa dalam belajar salah satunya dipengaruhi oleh proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran guru
memegang peranan penting, karena guru adalah perancang dan pengelola
proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil apabila didukung
oleh beberapa faktor diantaranya adalah perencanaan pengajaran dan
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Salah
satu strategi yang dapat digunakan adalah SQRQCQ yang mengarahkan cara
berfikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita melalui enam langkah
strategi SQRQCQ. Sehingga hasil belajar yang diinginkan akan tercapai
dan tujuan pembelajaran akan terlaksana dengan baik terutama pada materi
pokok yang memuat soal cerita. Strategi pembelajaran SQRQCQ yang
mempunyai enam langkah yaitu Survey, Question, Re-read, Question,
Compute dan Question melatih siswa untuk menjadi lebih aktif dan mandiri
dalam membangun analisis dan pemahamannya terhadap soal cerita yang
akan diselesaikan. Kelebihan yang dimiliki oleh strategi SQRQCQ dengan
cara yang biasa dipakai oleh guru pada umumnya adalah terletak pada
Re-read. Dimana, seorang siswa dalam langkah ini diminta untuk kembali
membaca ulang tentang fakta-fakta yang telah diketahui dan ditemukan
sebelumnya. Sehingga siswa dituntut untuk senantiasa lebih teliti dan
terampil dalam penyelesaian akhir nantinya.
Langkah-langkah
yang sistematis dalam strategi pembelajaran SQRQCQ, memudahkan siswa
untuk dapat menyelesaikan soal-soal cerita dengan baik dan benar. Dengan
kata lain strategi SQRQCQ dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
uraian di atas maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: Jika diterapkan stretegi SQRQCQ pada pembelajaran
matematika yang memuat soal cerita maka dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Wardani (2002)
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelas sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat. Sukayati (2001) menyatakan, penelitian tindakan kelas adalah
suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
dalam pembelajaran kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas.
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif yaitu melibatkan
peneliti, guru dan kepala sekolah. Peneliti dan guru bersama-sama
melakukan perancangan tindakan dan refleksi hasil tindakan. Dengan
keterlibatan guru dalam PTK, akan dapat meningkatkan profesionalisme
guru dalam pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di
kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan.
|
Wardani (2002) menyatakan bahwa model siklus dalam penelitian tindakan kelas mempunyai empat komponen, yaitu:
1. Merencanakan:
rencana tindakan kelas “apa” yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Melakukan
tindakan: apa yang dilakukan oleh guru dan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Mengamati: mengamati atas hasil dan dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi: peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria.
Dengan demikian bentuk desain penelitian adalah sebagai berikut:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan dua siklus dimana masing-masing
komponen pada setiap siklus dalam penelitian ini berisikan:
1. Merencanakan: menyusun skenario pembelajaran, mempersiapkan tes hasil belajar dan lembar pengamatan.
2. Melakukan tindakan: memotivasi siswa dengan melakukan pembelajaran dengan strategi SQRQCQ.
3. Mengamati:
obeservasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan
observasi dilakukan oleh peneliti dan guru yang melaksanakan tindakan,
dengan menggunakan lembar pengamatan observasi atau pengamatan.
4. Refleksi:
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari
tindakan yang telah dilakukan. Kelemahan dan kekurangan dari tindakan
akan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Mandau tahun ajaran 2006/2007. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VIII3
SMP Negeri 4 Mandau sebanyak 35 orang yang terdiri dari pria sebanyak
15 orang dan wanita sebanyak 20 orang dengan kemampuan siswa heterogen,
maksudnya dalam kelas tersebut terdapat siswa yang kemampuan akademiknya
tinggi, sedang dan rendah. Adapun alasan pemilihan kelas VIII3
sebagai subjek penelitian ini adalah, informasi dari guru matematika
kelas VIII yang terdiri dari 2 orang guru, diperoleh bahwa di kelas ini
nilai rata-rata ketuntasan hasil belajar matematikanya paling rendah
dari kelas lainnya.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran yang terdiri dari:
a. Skenario pembelajaran
Skenario
pembelajaran disusun untuk enam kali pertemuan. Setiap skenario
pembelajaran yang akan digunakan memuat standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran
serta kegiatan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir). Skenario pembelajaran-1 memuat materi pembelajaran tentang
mendiskusikan pengertian persamaan linear dua variabel (PLDV) dan sistem
persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan mengidentifikasi sistem
persamaan linear dua variabel (SPLDV) dalam berbagai bentuk dan variabel
(Lampiran B1). Skenario pembelajaran-2 memuat materi
pembelajaran tentang Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) dengan cara substitusi (Lampiran B2). Skenario
pembelajaran-3 memuat materi pembelajaran tentang menyelesaikan sistem
persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan cara eliminasi (Lampiran B3).
Skenario Pembelajaran-4 memuat materi pembelajaran tentang mengubah
masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk sistem persamaan
linear dua variabel (SPLDV) (Lampiran B4). Skenario
pembelajaran-5 memuat materi pembelajaran tentang menggunakan grafik
garis lurus untuk menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan menafsirkan hasilnya
(Lampiran B5). Skenario pembelajaran-6 memuat materi
pembelajaran tentang mencari penyelesaian suatu masalah yang dinyatakan
dalam model matematika dalam bentuk sistem persamaan non linear dua
variabel dengan cara reduksi (Lampiran B6).
b. Lembar Kerja Siswa (LKS).
Dalam
setiap pertemuan membahas lembar kerja siswa. Setiap lembar kerja siswa
yang akan digunakan memuat kompetensi dasar dan indikator, tugas dan
prosedur yang mengacu pada strategi SQRQCQ (Lampiran C).
2. Instrumen pengumpul data
Data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas guru
dan siswa selama proses pembelajaran dan data tentang hasil belajar
matematika siswa setelah pembelajaran. Data tentang aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan lembar
pengamatan. Data hasil belajar matematika siswa setelah proses
pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar matematika
yang meliputi materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
a. Lembar pengamatan
Aktivitas
guru yang diamati antara lain; menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan motivasi dalam mengikuti strategi pembelajaran SQRQCQ,
memberikan contoh soal dan penyelesaiannya dengan strategi SQRQCQ,
membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS
yang berpedoman kepada strategi SQRQCQ dan bersama-sama siswa menarik
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Aktivitas
siswa yang diamati antara lain; mendengarkan penjelasan dan motivasi
yang disampaikan oleh guru, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan
guru tentang penyelesaian contoh soal dengan strategi SQRQCQ,
mengerjakan soal-soal dalam LKS yang berpedoman kepada strategi SQRQCQ
secara mandiri dan menarik kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
b. Tes hasil belajar matematika
Untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika siswa digunakan
seperangkat tes hasil belajar matematika tentang materi pokok Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel. Perangkat tes hasil belajar terdiri
kisi-kisi penulisan soal, lembar soal dan alternatif jawaban. Kisi-kisi
penulisan soal memuat standar kompetensi, kompetensi dasar dan nomor
soal (Lampiran D). Soal berbentuk essay yang terdiri dari dua kali
ulangan blok. Soal ulangan blok I dan ulangan blok II masing-masing
sebanyak 4 butir yang disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan soal tes
hasil belajar. Kunci jawaban memuat alternatif penyekoran untuk tiap
langkah penyelesaian. Skor untuk ulangan blok I, soal nomor satu sampai
empat berturut-turut adalah 7, 12, 25 dan 29 sehingga total skor
keseluruhannya adalah 73. sedangkan untuk ulangan blok II, soal nomor
satu sampai dengan empat berturut-turut adalah 16, 22, 42 dan 18
sehingga total skor keseluruhannya adalah 98.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data
dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif berupa perkembangan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dan dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan
dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
untuk setiap pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang sudah
disediakan. Data ini berguna untuk mengetahui apakah proses pembelajaran
yang diterapkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Data
kuantitatif melalui tes hasil belajar matematika siswa. Kemudian data
mengenai hasil belajar matematika siswa, dikumpulkan melalui tes hasil
belajar matematika pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Selanjutnya hasil tes ini diperiksa dan penskorannya
berpedoman pada alternatif jawaban yang telah disediakan.
E. Teknik Analisis Data
Data
tentang aktivitas guru dan siswa yang diperoleh melalui lembar
pengamatan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar matematika
siswa dianalisis secara deskriptif.
1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa.
Analisis
data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan pada lembar pengamatan
selama proses pembelajaran dengan melihat kesesuaian antara perencanaan
dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas
yang dilakukan guru dan siswa selama proses pertemuan dengan mengisi
lembar pengamatan yang disediakan. Analisis deskriptif ini bertujuan
untuk mendeskripsikan data tentang aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel.
2. Ketercapaian Kompetensi Dasar.
Analisis
data tentang ketercapaian kompetensi dasar pada materi pokok Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel dilakukan dengan melihat skor hasil
belajar matematika siswa secara individual yang mengikuti penerapan
strategi SQRQCQ dengan standar ketuntasan belajar minimum yang
ditetapkan sekolah. Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai standar
kompetensi dasar apabila skor hasil belajar matematika yang diperoleh 65.
Peningkatan
hasil belajar matematika siswa dilihat dari nilai skor dasar, ulangan
blok I dan ulangan blok II. Nilai ulangan blok I dan ulangan blok II di
analisis setiap indikatornya untuk mengetahui ketercapaian standar
ketuntasan belajar minimum (SKBM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan dapat dilihat pada tabel
distribusi frekuensi.
Menurut
Suyanto (1996), apabila skor hasil belajar matematika siswa setelah
dikenai tindakan lebih baik maka dapat dikatakan bahwa tindakan
berhasil, akan tetapi jika tidak ada bedanya maka dan bahkan lebih buruk
maka tindakan belum berhasil. Dengan kata lain, jika tindakan berhasil
maka hasil belajar matematika siswa meningkat jika terdapat skor hasil
belajar kearah yang lebih baik setelah tindakan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan SQRQCQ ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Pada
tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu skenario
pembelajaran (SP), lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi tes hasil
belajar, soal tes terdiri dua ulangan blok I dan ulangan blok II serta
alternatif jawaban tes hasil belajar ulangan blok I dan ulangan blok II
yang disertai skor penilaian. Disini peneliti juga telah memepersiapkan
skor dasar dari materi pokok Teorema Phytagoras dan dilanjutkan dengan
menginformasikan strategi pembelajaran yang akan dilakukan pada
pertemuan berikutnya dalam materi pokok sistem persamaan linear dua
variabel (SPLDV) dengan strategi SQRQCQ.
2. Tahap penyajian kelas
Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan ditambah dengan dua kali ulangan blok.
a. Pertemuan pertama (Senin, 12 Februari 2007)
|
Dalam
kegiatan inti, guru memberikan contoh soal cerita yang diselesaikan
dengan strategi SQRQCQ. Pada penyelesaian ini keaktifan siswa dibangun
dengan berbagai pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan siswa mulai
merespon pertanyaan guru tersebut. Setelah penyajian contoh soal
diberikan, guru membagikan LKS-1 kepada masing-masing siswa untuk
dikerjakan secara individu. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru
melakukan berkeliling dan mengamati kegiatan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal yang tersedia dalam LKS-1. Pada awalnya seluruh siswa terlihat
dengan tenang dapat menyelesaikan soal-soal tentang pengertian PLDV dan
SPLDV serta perbedaannya, namun memasuki soal-soal nomor 4 dan 5
tentang soal cerita terdapat sekitar separuh siswa yang terlihat bingung
dan ragu dalam memahami soal cerita dan langkah-langkah penyelesaian
akhir dari soal-soal cerita tersebut.
Melihat
kondisi seperti ini, guru kembali mengingatkan siswa langkah-langkah
dalam penyelesaian soal-soal cerita dengan strategi SQRQCQ yang tadi
telah diberikan. Dengan memberikan bimbingan berupa memancing
pengetahuan siswa dengan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan soal
cerita tersebut. Akhirnya siswa dapat menyelesaikan soal cerita pertama
tersebut dengan baik, seperti sudah paham dan mengerti dengan langkah
SQRQCQ pada soal nomor 4, dalam menyelesaikan soal nomor 5 semua siswa
terlihat begitu antusias dan senang. Hal ini terlihat dari banyaknya
siswa yang dapat menyelesaikannya dengan benar, dan terdapat sekitar 4
orang siswa yang masih ragu dalam menuliskan bentuk model matematikanya.
Namun siswa tersebut langsung bertanya kepada guru apa yang dijawabnya
itu benar apa salah, setelah guru perhatikan ternyata jawabannya benar,
permasalahannya hanya kurang percaya diri saja. Guru tak lupa untuk
memotivasi mereka agar yakin dan mampu dengan usaha dan kerja kerasnya
akan membuahkan hasil yang baik nantinya.
Secara
umum, pada pertemuan pertama ini proses pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar. Siswa tidak terlihat mengalami kesulitan yang berarti
dari soal-soal LKS-1 yang diberikan, karena semua siswa dapat
menyelesaikan semua soal dalam LKS-1 dengan baik. Sedangkan, proses
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
dipersiapkan seperti yang tercantum dalam lembar pengamatan (lampiran H1).
Pada
bagian akhir pembelajaran guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman yang telah dipelajari. Selanjutnya guru memberikan pekerjaan
rumah (PR) kepada siswa sebagai latihan pemantapan terhadap sub materi
yang baru saja dipelajari pada pertemuan pertama ini.
b. Pertemuan kedua (Selasa, 13 Februari 2007)
Dalam pertemuan kedua ini, pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dengan berpedoman kepada SP-2 (lampiran B2) dan LKS-2 (lampiran C2)
yaitu tentang menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel (SPLDV) dengan cara substitusi. Kegiatan pembelajaran diawali
dengan menanyakan kepada siswa tentang PR yang diberikan pada pertemuan
pertama, ternyata hampir dari separuh siswa mengaku tidak menemui
kesulitan, hanya ada beberapa orang siswa laki-laki saja yang mengaku
kurang mengerti dan setelah guru periksa rupanya mereka tidak
mengerjakan PR yang diberikan. Proses pembelajaranpun dapat dilanjutkan
dengan materi berikutnya.
Sebelum
memasuki materi yang baru, guru kembali menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan motivasi dan kepada siswa serta mengingatkan
kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Dengan memberikan motivasi bahwa materi ini berhubungan dengan materi
yang sebelumnya, maka siswa diharapkan untuk dapat lebih serius dan
mempelajari serta memperhatikannya dengan baik.
Kegiatan
inti guru menyampaikan kepada siswa tentang pengertian substitusi yang
disertai dengan contoh soal. Selanjutnya guru memberikan LKS-2 kepada
masing-masing siswa untuk dapat dikerjakan secara individu. Guru ikut
serta dalam mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam mengerjakan LKS-2
ini. Dalam menyelesaikan soal nomor 1, semua siswa dapat
menyelesaikannya dengan baik. Memasuki soal nomor 2 dan 3 mulai terjadi
kegaduhan, karena terdapat beberapa orang siswa laki-laki mulai ribut,
gurupun mendekati mereka dan menanyakan kepada mereka apa permasalahan
yang mereka hadapi sehingga mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Rupanya permasalahan mereka adalah, dalam menentukan variabel yang
dimisalkan untuk membuat atau menentukan model matematikanya. Setelah
guru mengingatkan kembali variabel yang digunakan supaya seragam, mereka
mengaku bahwa tadi mereka tidak memperhatikan. Setelah itu proses
pembelajaran kembali berlangsung dengan tenang.
Dalam
menyelesaikan soal nomor 4, hanya terdapat beberapa orang siswa yang
bertanya karena masih kurang memahami soal cerita dan langkah-langkah
pengisian. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru kembali membimbing
mereka dalam menyelesaikan soal cerita yang terdapat dalam soal nomor 4
tersebut. Sehingga dengan memfasilitasi siswa bekerja, akhirnya mereka
dapata menyelesaikan soal cerita nomor 4 dengan baik.
Dalam
pertemuan kedua ini, proses pembelajaran kembali berlangsung sesuai
dengan apa yang telah direncanakan dalam lembar pengamatan (lampiran H2).
Siswa mengaku tertantang untuk dapat terus berpacu dalam memahami
soal-soal cerita lain nantinya. Salah seorang siswa ada yang berkata
kalau ternyata soal cerita tersebut rupanya gampang-gampang susah, namun
kalau dipelajari dan dipahami dengan baik maka pasti kita dapat
manyelesaikannya dengan baik pula. Gurupun memberikan motivasi kepada
seluruh siswa bahwa, kunci sukses matematika salah satunya adalah dengan
kesabaran, ketelitian dan ketekunan dalam memahami dan menyelesaikan
soal-soal yang ada.
c. Pertemuan ketiga (Jum’at, 16 Februari 2007)
Dalam pertemuan kedua ini, pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dengan berpedoman kepada SP-3 (lampiran B3) dan LKS-3 (lampiran C3)
yaitu tentang menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua
variabel (SPLDV) dengan cara eliminasi. Kegiatan pembelajaran diawali
dengan menanyakan kepada siswa tentang PR yang diberikan pada pertemuan
kedua dan semua siswa mengaku tidak menemui kesulitan. Proses
pembelajaranpun dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya.
Sebelum
memasuki materi yang baru, guru kembali menyampaikan tujuan
pembelajaran, memberikan motivasi dan kepada siswa serta mengingatkan
kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya
tentang penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan cara
subsitusi. Dengan memberikan motivasi bahwa materi ini berhubungan
dengan materi yang sebelumnya, maka siswa diharapkan untuk dapat
mempelajari dan menyelesaikan soal-soal cerita nantinya serta
memperhatikannya dengan baik.
Kegiatan
inti guru menyampaikan kepada siswa tentang pengertian eliminasi yang
disertai dengan contoh soal. Selanjutnya guru memberikan LKS-3 kepada
masing-masing siswa untuk dapat dikerjakan secara individu. Guru ikut
serta dalam mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam mengerjakan LKS-3
ini. Dalam menyelesaikan soal nomor 1, 2 dan 3 siswa terlihat dapat
menyelesaikan dengan baik, hal ini terlihat dengan siswa begitu serius
untuk menyelesaikan soal-soal cerita yang terdapat dalam LKS-3. Begitu
juga dengan soal nomor 4, siswa hanya kesulitan dan ragu dalam
menyamakan koefisien dari variabel x atau y serta penyelesaian dari
eliminasi x atau y terlebih dahulu. Dengan memberikan sedikit bantuan di
papan tulis berupa contoh, siswapun mulai mengerti dan kembali bekerja
dengan baik dan tenang, meskipun ada beberapa orang siswa terutama siswa
laki-laki yang lebih cenderung bertanya kepada temannya.
Dalam
pertemuan ketiga ini, proses pembelajaran kembali berlangsung sesuai
dengan apa yang telah direncanakan dalam lembar pengamatan (lampiran H3).
Siswa mengaku tertantang untuk dapat terus berpacu dalam memahami
soal-soal cerita lain nantinya. Salah seorang siswa ada yang berkata
kalau ternyata soal cerita tersebut rupanya gampang-gampang susah, namun
kalau dipelajari dan dipahami dengan baik maka pasti kita dapat
manyelesaikannya dengan baik pula. Gurupun memberikan motivasi kepada
seluruh siswa bahwa, kunci sukses matematika salah satunya adalah dengan
kesabaran, ketelitian dan ketekunan dalam memahami dan menyelesaikan
soal-soal yang ada.
Pada
bagian akhir pembelajaran, guru kembali mengingatkan siswa yang kemaren
tidak membuat PR agar tidak mengulanginya kembali dan mengumpulkannya
sebelum ulangan blok I. Gurupun menginformasikan bahwa pertemuan keempat
hari senin tanggal 19 febuari 2007
besok akan diadakan ulangan blok I submaterinya mulai dari submateri
pertemuan pertama sampai dengan submateri pada pertemuan saat ini
(ketiga). Jadi, guru kembali mengingatkan dan memotivasi siswa untuk
dapat belajar lebih giat di rumah dan memberikan PR sebagai latihan
persiapan ulangan nantinya.
d. Pertemuan keempat (Senin, 19 Februari 2007)
Pada
pertemuan keempat, ulangan blok I dilakukan dengan memberikan sub
materi pengertian PLDV dan SPLDV serta menentukan penyelesaian sistem
persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan cara substitusi dan
eliminasi. Sebelum soal dibagikan kepada masing-masing siswa, guru
meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan buku PR yang kemaren diberikan,
setelah semua terkumpul barulah soal ulangan dibagikan.
Ulangan
dilaksanakan selama 90 menit, soal disediakan oleh guru. Dalam ulangan
blok I ini seluruh siswa terlihat hadir setelah sebelumnya di absen
satu-persatu diawal pertemuan tadi sebelum pengumpulan PR dilaksanakan.
Setelah ulangan berakhir, semua kertas jawaban dikumpulkan dan
mengingatkan siswa untuk mempelajari sub materi untuk pertemuan berikut
nantinya.
e. Pertemuan kelima (Selasa, 20 Februari 2007)
Berdasarkan SP-4 (lampiran B4) dan LKS-4 (lampiran C4),
maka proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik yaitu submateri
mengubah masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk sistem
persamaan linear dua variabel (SPLDV). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengingatkan kembali siswa tentang materi yang telah
dipelajari sebelumnya tentang pengertian SPLDV. Dengan memotivasi siswa,
guru memberikan contoh masalah sehari-hari yang dapat dinyatakan dengan
model matematika sehingga dapat memudahkan kita untuk menentukan
penyelesaiannya.
Kegiatan
inti guru menjelaskan beberapa contoh masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari misalnya dalam perdagangan atau pasar. Dengan
adanya pemisalan suatu kejadian ke dalam suatu variabel sehingga dapat
kita sajikan dalam sebuah bentuk atau model matematika yang lebih
sederhana. Setelah guru memberikan contoh tersebut guru membagikan LKS-4
kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan secara individu. Dengan
terus memberikan bimbingan dan sebagai fasilitator selama pengisian
LKS-4 berlangsung, akhirnya seluruh siswa dapat menyelesaikan LKS-4
tersebut dengan hasil yang baik. Semua soal dapat mereka selesaikan,
hanya ada dua orang siswa yang bertanya sedikit tentang “apakah semua
soal cerita ini dikerjakan dengan cara yang sama Buk?”. Guru kembali
mengingatkan bahwa sesuai dengan strategi pembelajaran yang kita lakukan
saat ini yakni SQRQCQ, maka semua soal dalam LKS-4 harus diselesaikan
dengan strategi tersebut.
Dalam
pertemuan kali ini, proses pembelajaran kembali sesuai dengan apa yang
direncanakan seperti yang termuat dalam lembar pengamatan (lampiran H4).
Karena tidak adanya siswa yang menemui kesulitan dalam pertemuan kali
ini, maka pembelajaran dilanjutkan dengan menyuruh siswa untuk menarik
kesimpulan dari materi yang baru dipelajari. Diakhir pembelajaran, guru
membagikan PR siswa yang minggu kemaren dikumpulkan sebelum ulangan blok
I dilakukan. Siswa terlihat senang karena hasil kerja keras dan jerih
payah mereka dihargai dan diberi nilai oleh gurunya, apalagi jika
mendapat nilai yang bagus.
f. Pertemuan keenam (Jum’at, 23 Februari 2007)
Proses pembelajaran pada pertemuan kelima ini berdasarkan kepada SP-5 (lampiran B5) dan LKS-5 (lampiran C5).
Adapun submateri kali ini adalah menggunakan grafik garis lurus untuk
menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua variabel (SPLDV) dan menafsirkan hasilnya. Guru
menginformasikan kembali strategi pembelajaran yang akan dilakukan dan
memberikan motivasi dengan mengingatkan bagaimana pentingnya memahami
submateri ini dalam penyelesaian soal-soal dalam LKS-5 nantinya, dan
juga terdapat soal-soal cerita.
Dalam
kegiatan inti, guru sedikit memberikan contoh soal yang berkaitan
dengan submateri kali ini yaitu menentukan penyelesaian SPLDV dengan
metode garfik. Selanjutnya guru membagikan LKS-5 kepda masing-masing
siswa untuk dikerjakan secara individu. Dalam pertemuan kali ini, hampir
semua siswa terlihat kesulitan dalam melakukan pengisian nilai ke dalam
tabel-tabel yang terdapat dalam LKS-5 soal nomor 1. Namun, untuk
mengantisipasi hal ini kembali guru memberikan bimbingan bagaimana cara
memindahkan nilai-nilai yang di dapat dari titik potong kedua garis
melalui sumbu X dan melalui sumbu Y kedalam tabel. Dan begitu juga
dengan soal-soal nomor 2 dan 3, siswa terlihat kesulitan dalam
menentukan penyelesaian akhir dari SPLDV tersebut.
Dalam
pertemuan keenam ini, proses pembelajaran kembali sesuai dengan yang
telah direncanakan seperti yang tertera dalam lembar pengamatan
(lampiran H5). Dibagian akhir siswa dan guru bersama-sama
menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari. Guru juga
memberikan motivasi agar siswa kembali dapat berlatih dengan mengerjakan
PR yang terdapat dalam buku pegangan mereka di rumah masing-masing.
g. Pertemuan ketujuh (Senin, 26 Febuari 2007)
Pertemuan ketujuh ini berdasarkan kepada SP-6 (lampiran B6) dan LKS-6 (lampiran C6).
Adapun submateri kali ini adalah Mencari penyelesaian suatu masalah
yang dinyatakan dalam model matematika dalam bentuk sistem persamaan non
linear dua variabel dengan cara reduksi. Guru menginformasikan kembali
strategi pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan motivasi dengan
mengingatkan bagaimana pentingnya memahami submateri ini dalam
penyelesaian soal-soal dalam LKS-6 nantinya.
Dalam
kegiatan inti, guru sedikit memberikan contoh soal yang berkaitan
dengan submateri kali ini yaitu mencari penyelesaian suatu masalah yang
dinyatakan dalam model matematika dalam bentuk sistem persamaan non
linear dua variabel dengan cara reduksi. Selanjutnya guru membagikan
LKS-6 kepda masing-masing siswa untuk dikerjakan secara individu. Dalam
pertemuan kali ini, semua siswa terlihat tidak menemui kesulitan yang
cukup berarti dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS-6.
Hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam menjawab soal-soal yang
diberikan seperti yang tertera dalam LKS-6 tersebut. Gurupun tetap
melakukan kegiatan berkeliling untuk memantau dan membantu atau
membimbing siswa dalam dengan menyelesaikan soal-soal yang mereka anggap
agak sedikit sulit, namun ternyata tidak banyak siswa yang menemui
kesulitan.
Dalam
pertemuan ketujuh ini, dapat disimpulkan kesulitan siswa adalah dalam
ketidakpercayaan diri mereka atas jawaban yang mereka dapatkan setelah
melakukan proses penyelesaiannya. Proses pembelajaran kembali sesuai
dengan yang telah direncanakan seperti yang tertera dalam lembar
pengamatan (lampiran H6). Dibagian akhir siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari.
Dibagian
akhir pertemuan, guru meminta siswa untuk kembali belajar lebih tekun
lagi di rumah dan menyuruh untuk terus banyak latihan dalam
menyelesaikan soal-soal yang serupa dengan memberikan PR, dan
dikumpulkan sebelum ulangan blok II dilakukan pada hari selasa tanggal
27 febuari 2007. Guru mengingatkan seluruh siswa agar jangan sampai ada
yang absen dalam mengikuti ulangan blok II itu nanti pada pertemuan
berikutnya.
h. Pertemuan kedelapan (Selasa, 27 Febuari 2007)
Pada
pertemuan kedelapan ini, guru terlebih dahulu mengambil absensi
masing-masing siswa dan ternyata semua hadir dalam ulangan blok II
tersebut, kemudian meminta seluruh siswa untuk mengumpulkan PR yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Dengan memberikan tes hasil belajar
pada submateri mencari penyelesaian suatu masalah yang dinyatakan dalam
model matematika dalam bentuk sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) dan menggunakan grafik garis lurus untuk menyelesaikan model
matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) dan menafsirkan hasilnya dengan metode grafik dan metode
reduksi.
Ulangan
blok II ini dilaksanakan dalam waktu 90 menit dan soal telah disediakan
oleh guru. Setelah tes berkahir semua kertas jawaban dikumpulkan.
Kemudian guru mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang mereka
berikan kepada guru, dalam hal ini untuk melakukan penelitian di kelas
mereka. Ada juga siswa yang mengatakan kalau menggunakan strategi SQRQCQ
agak sedikit rumit, namun mereka mulai mengerti bagaimana cara
menyelesaikan soal-soal cerita dengan teliti dan hasil yang baik.
Setelah itu, barulah PR mereka dibagikan setelah dikoreksi oleh guru
pada waktu siswa ulangan tadi.
B. Analisis Hasil Tindakan
Data
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas guru
dan siswa dalam proses pembelajaran, ketercapaian SKBM hasil belajar
matematika untuk setiap indikator.
1. Aktivitas guru dan siswa
Untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa dengan startegi SQRQCQ dilakukan
dengan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh melalui lembar pengamatan
(lampiran D) dianalisis secara deskriptif.
Pengamatan
pertama, aktivitas guru berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran
dan langkah pembelajaran yang diterapkan. Hal ini dapat terlihat pada
pembar pengamatan (lapiran H1). Dalam pertemuan ini semua
siswa terlihat begitu senang dan diakui kalau mereka menemui kesulitan
ketika pertama kali mencoba menyelesaikan soal-soal cerita dengan
langkah-lanagkah SQRQCQ. Peneliti menyimpulkan kalau siswa masih merasa
canggung dalam menyelesaikan soal-soal cerita dengan strategi SQRQCQ
tersebut.
Pengamatan
kedua, aktivitas guru dan siswa juga sudah sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan yakni berupa skenario pembelajaran dan lembar pengamatan
(lampiran H2). Namun pada saat menjawab soal nomor 2 dan 3,
ada beberapa orang siswa laki-laki yang membuat kegaduhan dan mengganggu
jalannya proses pembelajaran dan hal ini akhirnya dapat diatasi oleh
guru.. Disini peneliti dapat menyimpulkan bahwa masih sulitnya siswa
untuk memahami soal-soal cerita yang diberikan dan menyelesaikan
langkah-langkah dari SQRQCQ ini. Namun siswa yang kurang mengerti
tersebut, awalnya bertanya kepada teman sebangkunya dan akhirnya terjadi
sedikit keributan. Setelah guru memfasilitasi kerja mereka akhirnya hal
ini dapat diatasi dengan baik.
Pertemuan
ketiga, dalam pertemuan kali ini pelaksanaan sudah sesuai dengan
skenario pembelajaran dan lembar pengamatan (lampiran H3).
Dalam mengerjakan LKS-3 kali ini semua siswa dapat menyelesaikannya
dengan hasil baik. Hanya saja siswa kesulitan dan ragu dalam menyamakan
koefisien dari variabel x atau y serta penyelesaian dari eliminasi x
atau y terlebih dahulu. Dengan memberikan sedikit bantuan di papan tulis
berupa contoh, siswapun mulai mengerti dan kembali bekerja dengan baik
dan tenang, meskipun ada beberapa orang siswa terutama siswa laki-laki
yang lebih cenderung bertanya kepada temannya. Namun setelah guru
bertanya permasalahan yang mereka hadapi, merekapun berani bertanya
kepada guru dan gurupun membimbing mereka dalam menyelesaikan soal-soal
dalam LKS-3 tersebut.
Pertemuan kelima, juga berjalan sesuai dengan yang direncanakan seperti tercantum dalam lembar pengamatan (lampiran H4).
Pada pertemuan kali ini, terdapat dua orang siswa yang bertanya apakah
setiap soal cerita yang terdapat dalam LKS-4 ini diselesaikan dengan
strategi SQRQCQ, guru kembali mengingatkan bahwa sesuai dengan strategi
pembelajaran kita, maka semua soal-soal cerita tersebut harus
diselesaikan dengan strategi SQRQCQ.
Pertemuan keenam, juga berjalan sesuai dengan yang direncanakan seperti yang lihat dalam lembar pengamatan (lampiran H5).
Dalam pertemuan keenam terdapat kendala, hampir semua siswa terlihat
kesulitan dalam melakukan pengisian nilai ke dalam tabel-tabel yang
terdapat dalam LKS-5 soal nomor 1. Namun, untuk mengantisipasi hal ini
kembali guru memberikan bimbingan bagaimana cara memindahkan nilai-nilai
yang di dapat dari titik potong kedua garis melalui sumbu X dan melalui
sumbu Y kedalam tabel. Dan begitu juga dengan soal-soal nomor 2 dan 3.
siswa terlihat kesulitan dalam menentukan penyelesaian akhir dari SPLDV
tersebut. Disini guru sebagai fasilitator sangat berperan dan harus
aktif dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam menyelesaikan
soal-soal cerita yang terdapat dalam LKS-5 tersebut.
Pada pertemuan ketujuh, seperti yang terlihat dalam lembar pengamatan (lampiran H6)
juga telah sesuai dengan yang telah direncanakan. Disini peneliti dapat
menyimpulkan bahwa, ditengah kemampuan dan kemauan yang mulai tumbuh
dari dalam diri siswa ternyata terdapat keraguan atau rasa tidak percaya
diri dengan apa yang telah mereka peroleh. Sehingga, peneliti hanya
bisa memberikan motivasi kepada mereka akan pentingnya arti sebuah
kepercayaan diri dalam setiap menyelesaikan setiap soal matematika dan
juga untuk setiap soal –soal dalam materi pokok pelajaran lainnya.
Dari
enam kali pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, strategi
SQRQCQ terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam
penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah peneliti sendiri
dan guru bidang studi mata pelajaran matematika kelas VIII3 sebagai pengamat yang mengisi lembar pengamatan yang peneliti sediakan untuk tiap kali pertemuan.
2. Ketercapaian SKBM
Berdasarkan skor untuk setiap indikator pada ulangan blok I (lampiran C1) dan ulangan blok II (lampiran C2) yang diperoleh siswa, dapat dinyatakan jumlah siswa yang mencapai SKBM 65 seperti yang tercantum dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2: Ketercapaian SKBM 65 Pada Ulangan Blok I Untuk Setiap Indikator
No
|
Indikator
|
P
|
1
|
Menyebutkan perbedaan persamaan linear dua variabel dengan sistem persamaan linear dua variabel
|
94 %
|
2
|
Mengenal variabel dengan koefisien sistem persamaan linear dua variabel
|
69 %
|
3
|
Menyelesaikan SPLDV dengan cara substitusi
|
66 %
|
4
|
Menyelesaikan SPLDV dengan cara eliminasi
|
63 %
|
Keterangan : P = Persentase jumlah siswa yang mencapai SKBM 65 pada ulangan blok I
Dari
tabel 2 dapat disimpulkan bahwa tidak semua siswa yang mencapai SKBM
unuk setiap indikator. Terutama untuk indikator 4, dari hasil tes yang
dilakukan ternyata kesulitan yang banyak dialami siswa disini adalah
dalam menyamakan nilai koefisien suatu variabel yang nantinya akan
dieliminasi untuk menentukan penyelesaiannya.
Tabel 3: Ketercapaian SKBM 65 Pada Ulangan Blok II Untuk Setiap Indikator
No
|
Indikator
|
P
|
1
|
Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV
|
89 %
|
2
|
Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya
|
94 %
|
3
|
Menentukan
penyelesaian atau akar sistem persamaan linear dua variabel dengan
metode grafik melalui model matematika dalam masalah sehari-hari
|
49 %
|
4
|
Menerapkan sistem persamaan linear dua variabel dengan cara reduksi
|
77 %
|
Keterangan : P = Persentase jumlah siswa yang mencapai SKBM 65 pada ulangan blok I
Pada
ulangan blok II seperti halnya ulangan blok I, tidak semua siswa yang
mencapai SKBM untuk setiap indikator. Seperti yang tampak pada tabel 3
di atas, yang paling rendah adalah indikator 3. Menentukan penyelesaian
atau akar sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik
melalui model matematika dalam masalah sehari-hari merupakan soal yang
cukup rumit. Karena, dalam menjawab soal ini membutuhkan ketelitian dan
kesabaran dalam menyelesaikan setiap langkah yang lumayan panjang bagi
anak siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
3. Keberhasilan Tindakan
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4: Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Sebelum Tindakan (Skor Dasar)
I
|
f
|
0 – 11
12 – 23
24 – 35
36 – 47
48 – 59
60 – 71
72 - 83
|
1
5
6
4
9
7
3
|
Keterangan : I = Interval hasil belajar siswa sebelum tindakan
f = Frekuensi
Dari
tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa nilai siswa sebelum penerapan
strategi SQRQCQ banyak terdapat pada frekuensi 48 – 59 dan 60 – 71
masing-masing berjumlah 9 orang dan 7 orang. Sedangkan nilai siswa yang
lainnya lebih banyak dibawah interval SKBM yang telah ditetapkan sekolah
yaitu 65.
Tabel 5: Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Tindakan
I
|
f1
|
f2
|
13 – 25
26 – 38
39 – 51
52 – 64
65 – 77
78 – 90
91 - 103
|
1
2
1
1
18
5
7
|
0
1
2
2
15
8
7
|
Keterangan : I = Interval hasil belajar siswa sebelum tindakan
f1 = Frekuensi untuk ulangan blok I
f2 = Frekuensi untuk ulangan blok II
Tabel
5 di atas menunjukkan bahwa setelah penerapan strategi SQRQCQ
dilakukan, pada ulangan blok I dan II nilai siswa lebih banyak terdapat
pada frekuensi 65 – 77 masing-masing 18 orang dan 15 orang siswa.
Sedangkan nilai siswa yang berada di bawah SKBM sekolah hanya berjumlah
lima orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang
mencapai SKBM dari skor dasar yang sebelumnya.
Dari
daftar distribusi frekuensi di atas (tabel 4 dan tabel 5) dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perubahan hasil belajar matematika siswa.
Frekuensi siswa yang mencapai SKBM 65 pada ulangan blok I dan ulangan
blok II lebih banyak dari pada skor dasar. Sedangkan untuk frekuensi
siswa yang mencapai SKBM 65 untuk ulangan blok I adalah sama dengan
ulangan blok II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya
perubahan hasil belajar matematika siswa kearah yang lebih baik. Sesuai
dengan pendapat Suyanto (1996), apabila skor hasil belajar matematika
siswa setelah dikenai tindakan lebih baik maka dapat dikatakan bahwa
tindakan berhasil, jika tindakan berhasil maka hasil belajar siswa
meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi
pembelajaran SQRQCQ pada proses pembelajaran matematika khususnya
pembelajaran yang memuat soal cerita dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan
analisis data yang telah dilakukan ternyata rata-rata skor tes hasil
belajar siswa setelah tindakan dengan penerapan strategi SQRQCQ lebih
mengarah kepada yang lebih baik diabndingkan dengan sebelum tindakan
diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa harapan strategi SQRQCQ pada materi
pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa. Namun demikian, dari ulangan blok I
untuk indikator 4 dan ulangan blok II untuk indikator 3 tidak mencapai
standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) yang telah ditetapkan.
Untuk indikator 4 dari soal ulangan blok I, seperti yang terdapat pada skenario pembelajaran-3 (Lampiran B3).
Selama proses pembelajaran berlangsung siswa tidak terlihat begitu
kesulitan, namun ketika ulangan telah dilakukan kebanyakan siswa
tersebut tidak teliti dalam menyamakan nilai koefisien dari
variabel-variabel yang sama terlebih dahulu. Adapun indikator 3 untuk
ulangan blok II, hampir sebagian siswa mengakui kalau soal tersebut
terlalu sulit dan membutuhkan jawaban yang lumayan panjang untuk
mendapatkan hasilnya. Belum lagi untuk pengisian nilai tabel serta
menggambar grafik penyelesaiannya.
Aktivitas
guru dan siswa dalam setiap pertemuan sudah berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan. Hal ini dapat dilihat dari lembar pengamatan
(Lampiran H1 – lampiran H6). Disini guru bidang studi matematika yang mengajar di kelas VII3
memberikan masukan untuk sub materi yang membahas tentang menggunakan
grafik lurus dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel (SPLDV) yaitu pada pertemuan kelima
(Lampiran H5).
Guru
tersebut memberikan alasan kalau sub materi ini agak membutuhkan banyak
latihan, belum lagi dengan jawaban yang lumayan panjang membuat siswa
nanti cepat bosan dan jemu. Jika menggunakan strategi SQRQCQ yang
cenderung menyita waktu dan membuat siswa kurang terlatih, dikhawatirkan
nanti siswa kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal cerita
yang lain nantinya. Hal ini dapat peneliti temui sendiri ketika ulangan
blok II dilaksanakan, cukup banyak siswa yang mengerjakan soal nomor 3
hanya separuh jalan bahkan ada yang tidak menjawab sama sekali dengan
alasan jawabannya panjang dan susah untuk dimengerti.
Pada pertemuan pertama dari lembar pengamatan (lampiran H1),
banyak siswa yang merasa kesulitan dan merasa tidak percaya diri dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dalam hal ini peneliti
menyimpulkan karena siswa belum terbiasa dan masih dalam tahap
perkenalan terhadap strategi SQRQCQ ini. dan hal ini terbukti pada
pertemuan berikutnya hal ini sudah tidak dijumpai lagi. Dalam pertemuan.
Sedangkan dalam pertemuan kelima, siswa banyak yang menjadi bingung
karena peneliti mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswa dalam
menjawab submateri dengan menggunakan metode grafik. Untuk pertemuan ke
enam, kali ini peneliti tidak menggunakan strategi SQRQCQ karena
submateri ini lebih banyak dalam penerapan materi sistem persamaan non
linear dua variabel dalam bentuk angka-angka dan bukan soal cerita.
Dari
analisis hasil tindakan dapat disimpulkan bahwa skor hasil belajar
matematika siswa dengan penerapan startegi SQRQCQ lebih tinggi
dibandingkan dari skor dasar. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan
strategi SQRQCQ pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan strategi SQRQCQ terdapat 30 orang dari 35 orang siswa mencapai
standar ketuntasan belajar minimum (SKBM). Selanjutnya dengan melihat
perbandingan skor hasil belajar matematika siswa setelah melalui
penerapan strategi SQRQCQ lebih tinggi dari skor dasar. Hal ini berarti
penerapan strategi SQRQCQ dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi yang dipelajari.
Dengan
demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa, penerapan strategi SQRQCQ
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Terutama pada materi
pokok Persamaan Linear Dua Variaebl (SPLDV) di kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau tahun ajaran 2006/2007.
B. Saran
Melalui penelitian yang telah dilakukan, strategi SQRQCQ dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3
SMP Negeri 4 Mandau dan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal
cerita. Oleh karena itu, strategi SQRQCQ dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif strategi yang diterapkan pada pembelajaran di kelas VIII
pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) atau
pada materi pokok lainnya terutama yang memuat soal cerita.
|
Dalam
pelaksanaan penerapan strategi SQRQCQ ini peneliti menemui kendala
berupa kekurangan yang ditenukan selama melakukan penelitian yaitu:
1. Penerapan
strategi SQRQCQ lebih dominan dalam LKS, namun tidak semua siswa
terbiasa mandiri dalam mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan,
sehingga membutuhkan banyak waktu untuk mengarahkan siswa dalam mengisi
LKS sesuai langkah-langkah yang diharapkan.
2. Keterbatasan
waktu yang banyak dipakai untuk mengarahkan siswa ketika mereka melalui
tahap mengerjakan LKS dalam langkah Survey dan Question, mengakibatkan
kurangnya latihan bagi siswa untuk melakukan perhitungan.
3. Dalam
tahap Question, peneliti menemui kesulitan dalam mengarahkan siswa
untuk membuat konsep pertanyaan, sehingga pada tahap ini kurang dapat
dimanfaatkan secara efektif.
Dari
analisis hasil tindakan dapat disimpulkan bahwa skor hasil belajar
matematika siswa dengan penerapan startegi SQRQCQ lebih tinggi
dibandingkan dari skor dasar. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan
strategi SQRQCQ pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 4 Mandau.
Asslm Wr Wb..
BalasHapusMaaf mau nnya, sya mw pnelitian pke metode SQRQCQ jga, blh mnta rferensi bku tntang metode SQRQCQnya?? soalnya cba cari blm ketmu..
mkasii sbelumnya.. wassalam
waalaikumussalam, berhubung skripsi ini sudah lama kami buat jadi segala referensinya sudah dibawa oleh yang empunya, kamipun sudah lama ga jumpa dan kabar terakhir saya dengar qlo buku itu sudah ga ada sama dia lagi. kemungkinan sudah hilang
Hapusmaaf sebelumnya yah
Hapus