Guru suka pamer?
Guru yang Suka Pamer Kehebatan di Depan Siswa: Antara Motivasi dan Dampak Negatif
Dalam dunia pendidikan, guru sering dianggap sebagai figur teladan yang memiliki pengetahuan luas, wibawa, dan kemampuan mendidik. Namun, tidak semua guru menunjukkan kerendahan hati dalam menjalankan perannya. Ada sebagian guru yang cenderung memamerkan kehebatannya di depan siswa—baik dalam hal kemampuan intelektual, pengalaman hidup, maupun prestasi pribadi—seolah-olah dirinya sempurna tanpa kekurangan.
Fenomena ini menimbulkan berbagai respons di kalangan siswa dan para ahli pendidikan. Apakah perilaku tersebut berdampak baik, atau justru menghambat perkembangan karakter siswa?
1. Fenomena “Guru Sempurna” di Ruang Kelas
Beberapa guru merasa perlu menunjukkan bahwa mereka sangat hebat—pintar dalam segala hal, tidak pernah salah, memiliki banyak prestasi, atau selalu memberi contoh diri sendiri sebagai yang terbaik. Hal ini bisa muncul dalam berbagai bentuk:
Sering menyebut prestasi pribadi secara berlebihan.
Tidak mau dikoreksi siswa, seolah dirinya tidak mungkin salah.
Meremehkan pertanyaan siswa karena merasa sudah sangat menguasai materi.
Mengklaim semua keberhasilan kelas sebagai hasil kerja sendiri, bukan kolaborasi.
Perilaku seperti ini sebenarnya tidak selalu muncul dari niat buruk; bisa jadi berasal dari kebutuhan psikologis untuk dihargai, atau tekanan sosial untuk mempertahankan citra sebagai sosok yang “sempurna”.
2. Dampak Terhadap Siswa
a. Dampak Positif (Jika dilakukan secara wajar)
Dalam kadar tertentu, menunjukkan kelebihan dapat menginspirasi siswa. Siswa melihat contoh nyata bahwa kerja keras mampu menghasilkan prestasi.
Namun, manfaat ini hanya terjadi jika sang guru tetap rendah hati, terbuka, dan mau menerima kesalahan.
b. Dampak Negatif (Jika dilakukan berlebihan)
Ketika guru terus-menerus memamerkan kehebatannya dan menutup-nutupi kekurangan, dampak negatif dapat muncul:
1. Siswa merasa terintimidasi
Mereka menjadi takut bertanya atau berpendapat karena khawatir dianggap bodoh.
2. Menurunnya minat belajar
Ruang kelas terasa seperti tempat pamer, bukan tempat perkembangan.
3. Terbentuknya hubungan yang tidak sehat
Siswa melihat guru sebagai figur yang jauh dan tidak manusiawi.
4. Siswa kehilangan model kerendahan hati
Padahal kemampuan mengakui kesalahan merupakan karakter penting dalam pendidikan.
3. Pendapat Para Ahli
1. Prof. Linda Stoll (Ahli Psikologi Pendidikan)
Stoll menyatakan bahwa guru yang selalu menunjukkan dirinya sempurna akan menghambat perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa.
“Siswa belajar bukan hanya dari apa yang guru ketahui, tetapi juga dari bagaimana guru menghadapi kesalahan. Ketika guru tidak mau menunjukkan kelemahan, siswa kehilangan kesempatan untuk memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.”
2. Dr. Mark A. Reeve (Pakar Perilaku Belajar)
Reeve menekankan bahwa guru yang memamerkan diri karena ingin dihormati justru sering kehilangan otoritas sejati.
“Otoritas sejati muncul ketika guru mampu menerima kritik dan menunjukkan kerendahan hati. Pamer kehebatan justru menimbulkan jarak emosional.”
3. Dr. Sutanto Widjaya (Praktisi Pendidikan Indonesia)
Menurut Sutanto, guru seharusnya memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang, bukan menjadikan kelas sebagai panggung.
> “Guru boleh bangga dengan prestasinya, tetapi ia harus menyadari bahwa pendidikan adalah tentang pertumbuhan siswa, bukan pembuktian diri.”
4. Maria Hadi, M.Psi (Psikolog Anak dan Remaja)
Maria menjelaskan bahwa kepribadian guru sangat memengaruhi kepercayaan diri siswa.
“Jika guru terlalu dominan dan selalu ‘paling hebat’, siswa cenderung merasa tidak cukup baik. Ini dapat menurunkan motivasi intrinsik mereka.”
4. Mengapa Sebagian Guru Suka Pamer?
Ada beberapa faktor yang menjelaskan perilaku ini:
1. Kebutuhan untuk diakui – Guru juga manusia yang ingin dianggap kompeten.
2. Budaya sekolah yang kompetitif – Menuntut guru selalu terlihat unggul.
3. Kurangnya pelatihan soft skills – Banyak pelatihan fokus pada materi, bukan etika dan komunikasi.
4. Takut kehilangan wibawa – Beberapa guru menganggap mengakui kesalahan adalah kelemahan.
5. Pengalaman masa lalu – Guru yang dulu tidak mendapat penghargaan mungkin ingin “membalas” di masa kini.
5. Sikap Ideal Seorang Guru
Para ahli sepakat bahwa guru ideal adalah:
Kompeten tanpa perlu menyombongkan diri.
Berani mengakui bahwa dirinya juga sedang belajar.
Mau menerima kritik dari siswa.
Menggunakan pengalaman pribadi secara proporsional, bukan berlebihan.
Menempatkan keberhasilan siswa di atas pengakuan pribadi.
Kerendahan hati bukan berarti lemah—justru menjadi kekuatan yang membuat siswa lebih percaya dan nyaman belajar.
6. Penutup
Guru yang memamerkan kehebatannya di depan siswa mungkin memiliki niat untuk menginspirasi, tetapi jika dilakukan berlebihan, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan psikologis dan akademik siswa. Para ahli sepakat bahwa kerendahan hati, keterbukaan, dan kemampuan mengakui ketidaksempurnaan adalah elemen penting dalam pendidikan modern.
Pada akhirnya, tugas guru bukanlah menunjukkan bahwa dirinya paling hebat, tetapi membantu siswa menemukan kehebatan mereka sendiri.
Komentar
Posting Komentar
Jangan lupa kasih komentarnya yah ... ! masukan dan kritikan sangat kami harapkan ... !