Ngajar malas hobinya kasih tugas

Guru Malas Mengajar, Hobi Memberi Tugas: Tinjauan Psikologis dan Pendidikan


Pendahuluan


Fenomena guru yang jarang masuk kelas, enggan memberikan penjelasan, namun rajin memberi tugas kepada siswa, bukanlah hal asing dalam dunia pendidikan. Sikap ini seringkali menimbulkan keresahan bagi peserta didik dan orang tua. Siswa merasa terbebani, pembelajaran tidak optimal, dan tujuan pendidikan tidak tercapai. Untuk memahami lebih jauh, kita perlu menelaah fenomena ini dari sisi psikologi pendidikan, baik pandangan ahli dalam negeri maupun luar negeri.


Dampak Perilaku Guru yang Malas Mengajar


1. Terhadap Siswa

Kebingungan kognitif: Siswa menerima tugas tanpa penjelasan yang memadai sehingga proses belajar kehilangan makna.

Kecemasan dan stres akademik: Tugas yang menumpuk tanpa bimbingan dapat memicu perasaan tertekan.

Hilangnya motivasi belajar: Anak merasa guru tidak peduli, sehingga menurunkan semangat untuk memahami pelajaran.


2. Terhadap Lingkungan Sekolah

Menurunkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.

Menciptakan budaya "asal tugas selesai" tanpa proses berpikir kritis.

Merusak hubungan emosional guru-siswa.


Pandangan Psikologi Pendidikan


1. Perspektif Dalam Negeri

Prof. H. Djamaluddin Ancok (Psikolog Pendidikan, UGM) pernah menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer tugas, melainkan transfer makna. Jika guru hanya memberi pekerjaan tanpa kehadiran emosional dan bimbingan, maka esensi pembelajaran hilang.

Nana Syaodih Sukmadinata, pakar kurikulum, menegaskan bahwa guru seharusnya menjadi fasilitator yang membantu siswa membangun pemahaman, bukan sekadar pemberi instruksi.


2. Perspektif Luar Negeri

Lev Vygotsky (Psikolog Rusia): Teori Zone of Proximal Development (ZPD) menyatakan bahwa anak membutuhkan scaffolding atau bantuan dari guru untuk berkembang. Memberi tugas tanpa arahan sama saja melepas siswa tanpa tangga untuk memanjat.

Albert Bandura (Amerika, teori pembelajaran sosial): Anak belajar melalui observasi dan interaksi. Jika guru absen dan hanya memberi tugas, maka model peran yang seharusnya hadir hilang, sehingga siswa tidak mendapatkan contoh nyata perilaku belajar.

John Dewey (Filsuf Pendidikan AS): Pendidikan haruslah berbasis pengalaman nyata yang dipandu oleh guru. Jika guru sekadar memberi tugas, pengalaman belajar berubah menjadi beban, bukan proses yang memerdekakan.


Faktor Psikologis yang Melatarbelakangi Guru Malas Mengajar

1. Burnout (kejenuhan kerja)

Banyak guru mengalami kelelahan emosional karena beban administrasi, tuntutan kurikulum, dan kurangnya dukungan. Akibatnya, mereka memilih jalan pintas dengan memberi tugas

2. Kurangnya motivasi intrinsik

Menurut teori motivasi Self-Determination (Deci & Ryan), seseorang butuh rasa otonomi, kompetensi, dan keterhubungan untuk bekerja dengan penuh makna. Jika guru tidak menemukan makna dalam mengajar, maka muncul perilaku menghindar.

3. Minimnya keterampilan pedagogis

Guru yang tidak percaya diri dalam menjelaskan materi lebih memilih memberi tugas agar tetap terlihat "mengajar", meskipun sebenarnya hanya menghindari peran utamanya.


Solusi dan Rekomendasi

1. Penguatan Kompetensi Guru

Pelatihan pedagogis berkelanjutan agar guru mampu mengajar secara interaktif dan kreatif.

2. Pendekatan Psikologis

Sekolah perlu memberi ruang counseling atau dukungan psikologis bagi guru untuk mengatasi burnout.

3. Supervisi Akademik yang Humanis

Kepala sekolah tidak sekadar menegur, tetapi membimbing guru agar kembali menemukan makna dalam mengajar.

4. Membangun Budaya Reflektif

Guru didorong untuk melakukan refleksi diri, menyadari bahwa keberadaannya di kelas lebih penting daripada hanya menumpuk tugas.


Penutup


Guru yang malas mengajar namun rajin memberi tugas bukan hanya masalah disiplin, tetapi juga fenomena psikologis dan sistemik. Psikolog dalam negeri menekankan pentingnya peran guru sebagai fasilitator, sementara tokoh luar negeri menegaskan bahwa pendidikan membutuhkan interaksi, scaffolding, dan pengalaman nyata. Oleh karena itu, mengatasi masalah ini perlu pendekatan menyeluruh: memperhatikan kesehatan mental guru, meningkatkan kompetensi, serta membangun budaya sekolah yang mendukung pembelajaran bermakna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH WAWANCARA GURU DAN SISWA

Contoh Rencana Kegiatan Sekolah (RKS)

Ciri-Ciri Guru yang Enggan Mendampingi Peserta Didiknya di Sekolah