Bagaimana Seorang Guru Bisa Dicintai oleh Muridnya

Bagaimana Seorang Guru Bisa Dicintai oleh Muridnya: Kunci Relasi yang Menginspirasi

Di dalam dunia pendidikan, hubungan antara guru dan murid memainkan peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Seorang guru bukan hanya penyampai materi, tetapi juga pembimbing, teladan, dan terkadang sosok pengganti orang tua di sekolah. Oleh karena itu, menjadi guru yang dicintai oleh murid bukan sekadar keinginan personal, melainkan kebutuhan profesional demi terciptanya ruang belajar yang sehat, menyenangkan, dan bermakna.

Mengapa Penting Dicintai oleh Murid?

Menurut Dr. James Comer, profesor dari Yale University, “No significant learning occurs without a significant relationship.” (Tidak ada pembelajaran yang bermakna tanpa adanya hubungan yang bermakna). Artinya, kedekatan emosional antara guru dan murid bisa menjadi landasan kuat untuk membangun motivasi belajar, rasa percaya diri, dan kenyamanan psikologis murid di kelas.

Senada dengan itu, Dr. Rita Pierson, seorang pendidik dari Amerika yang dikenal karena TED Talk-nya "Every Kid Needs a Champion", mengatakan, “Children don’t learn from people they don’t like.” (Anak-anak tidak belajar dari orang yang tidak mereka sukai). Hal ini menekankan betapa pentingnya karakter dan pendekatan guru dalam membangun kedekatan interpersonal.

Di Indonesia, Prof. Dr. H. Armai Arief, seorang pakar pendidikan, menegaskan bahwa guru yang memiliki kasih sayang terhadap muridnya akan jauh lebih dihormati dan dicintai, serta mampu membentuk karakter siswa yang berakhlak mulia. “Guru yang mendidik dengan hati akan lebih berhasil daripada yang hanya mengandalkan otoritas.”

Ciri Guru yang Dicintai oleh Murid

  1. Memiliki Empati yang Tinggi
    Guru yang memahami perasaan murid, mampu merasakan kesulitan mereka, dan tidak langsung menghakimi akan lebih mudah didekati dan dicintai.

  2. Adil dan Tidak Memihak
    Murid sangat peka terhadap ketidakadilan. Guru yang memperlakukan semua murid dengan setara tanpa membeda-bedakan akan mendapatkan respek yang tulus.

  3. Humoris dan Hangat
    Guru yang menyampaikan materi dengan cara menyenangkan, diselingi humor, dan tidak kaku, lebih mudah membangun relasi positif.

  4. Mau Mendengar dan Terbuka
    Murid merasa dihargai ketika guru bersedia mendengarkan pendapat atau keluh kesah mereka, bahkan jika hal itu kecil sekalipun.

  5. Konsisten dan Tegas dengan Cinta
    Ketegasan bukan berarti galak. Guru yang konsisten dengan aturan namun tetap ramah akan menciptakan rasa aman dan kepercayaan.

Pendekatan Relasional dalam Mengajar

Dalam pendekatan relasional, guru membangun hubungan berdasarkan rasa saling percaya dan saling menghargai. Menurut Dr. Carol Ann Tomlinson, ahli pendidikan dari University of Virginia, guru perlu “melihat setiap anak sebagai pribadi yang utuh dengan latar belakang, kebutuhan, dan impian mereka masing-masing.” Maka dari itu, guru yang mempraktikkan differentiated instruction (pengajaran yang dibedakan) akan lebih mampu menjangkau murid secara personal.

Kisah Inspiratif

Di Jepang, seorang guru bernama Tetsuya Takahashi dikenal karena cara uniknya menyapa murid setiap pagi di pintu kelas, sambil memanggil nama mereka dan memberikan senyum hangat. Murid-murid menyebut beliau sebagai "guru yang melihat kami sebagai manusia, bukan angka ujian."

Di Indonesia, banyak murid mengenang sosok Bu Guru Lilis (nama samaran) di pelosok Jawa Barat yang membiasakan murid-muridnya menulis surat harian kepadanya. Surat-surat itu dibalas dengan tulisan tangan dan penuh dukungan emosional. Hal ini menciptakan ikatan batin yang dalam dan mendorong murid untuk terbuka.

Penutup: Mendidik dengan Cinta

Dari berbagai pendapat dan praktik nyata di atas, jelas bahwa guru yang dicintai bukanlah mereka yang sempurna, tetapi yang otentik, penuh kasih, dan hadir sepenuh hati dalam kehidupan muridnya. Ketika murid mencintai gurunya, belajar menjadi aktivitas yang dinantikan, bukan ditakuti. Dan dari situlah benih-benih pendidikan yang bermakna akan tumbuh.

“Pendidikan adalah soal hati, bukan hanya soal isi kepala.” — Ki Hadjar Dewantara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH WAWANCARA GURU DAN SISWA

Ciri-Ciri Guru yang Enggan Mendampingi Peserta Didiknya di Sekolah

modul kelas 5