Apakah termasuk karyawan tipe pencitraan?

Tipe-tipe manusia di tempat kerja yang hanya sekadar pencitraan:


I. Dasar Teori: Impression Management (Pencitraan)

Impression management (IM) adalah proses sadar atau tidak sadar untuk mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadap diri kita dalam interaksi sosial . Konsep ini diperkenalkan oleh Erving Goffman, yang menggunakan analogi pertunjukan teater: di “front stage” seseorang menampilkan citra yang ingin dilihat orang lain, sementara “backstage” adalah sisi otentiknya .

Menurut Jones dan Pittman, ada berbagai taktik IM seperti self-promotion (mempromosikan diri sendiri), ingratiation (membuat diri disukai melalui pujian atau kesesuaian opini), excuse, accounts, hingga opinion conformity .

Dalam konteks organisasi, karyawan dapat melakukan perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) bukan semata-mata karena itikad baik, melainkan sebagai bentuk IM untuk tampil baik di mata atasan.

II. Tipe-Tipe Pekerja yang Melakukan Pencitraan

Berikut tipe-tipe umum yang sering muncul di lingkungan kerja:

1. Self-Promoter (Penyombong, Penonjolkan Diri)

Orang yang sering menonjolkan prestasi, pencapaian, atau kompetensinya agar dipandang unggul . Bisa efektif dalam wawancara atau pandangan awal, tapi bisa dianggap arogan jika berlebihan .


2. Ingratiator (Pencari Kasih Sayang)

Menggunakan pujian, humor, kesesuaian opini, atau kesan positif untuk dicitrakan sebagai orang yang menyenangkan dan dapat dipercaya .


3. Indirect Impression Manager

Mengaitkan diri melalui asosiasi dengan orang atau kelompok ternama, misalnya memilih lingkungan sosial tertentu, mengikuti postingan tertentu, atau menampilkan relasi strategis untuk membentuk citra positif .


4. Taktik Lain di Wawancara

Honest Self-Promotion: menampilkan pencapaian dengan jujur; dihargai oleh interviewer .

Subtle Ingratiation: menyampaikan kesesuaian dengan organisasi secara halus; juga dianggap positif .

Explicit Ingratiation: bersikap "suction up" secara jelas—kurang berpengaruh dan kadang tidak signifikan .

Deceptive Self-Promotion: berlebihan atau memalsukan informasi; bisa merusak reputasi dan persepsi .

5. Double-Edged Sword IM

Penelitian dari Tiongkok (2023) menemukan bahwa penggunaan taktik seperti self-promotion dan ingratiation bisa menguras sumber daya kendali diri, sehingga memicu perilaku kerja kontraproduktif jika tidak diimbangi dengan emotional intelligence (EI) yang tinggi .


III. Pendapat Ahli

Dari Luar Negeri

Nicholas Forlenza, PhD: Manajemen kesan adalah perilaku normal di lingkungan profesional dan bisa memperkuat hubungan, tetapi jika berlebihan dapat menimbulkan stres dan disonansi kognitif .

Joseph Schmidt, PhD (University of Saskatchewan): Individu dengan kejujuran tinggi biasanya kurang melakukan IM dan justru performanya kurang terlihat di wawancara, padahal sering kali merupakan kandidat terbaik .

Kajian Goffman, Leary & Kowalski, Jones & Pittman dan lainnya menyoroti berbagai taktik IM serta bagaimana budaya, kesempatan sosial, dan sifat pribadi mempengaruhi penggunaannya .

Dari Perspektif Indonesia / Umum

Belum banyak ahli lokal yang secara spesifik membahas IM dalam kerja, tetapi konsep pencitraan sering dibincangkan dalam konteks etika, keautentikan, dan integritas. Data lokal lebih banyak berupa opini populer tanpa dasar empiris kuat.


IV. Ringkasan Tabel

Tipe Pencitraan Ciri Utama

Self-Promoter Menonjolkan prestasi diri; bisa efektif namun berisiko dianggap sombong

Ingratiator Meminta simpati atau kesesuaian pandangan; sering terlihat menyenangkan

Indirect Impression Manager Membangun citra melalui asosiasi atau relasi tanpa perlu promosi langsung

Honest/Subtle/Explicit/Deceptive Variasi taktik di wawancara—efektivitas dan persepsi sangat bergantung pada caranya

IM tanpa Emotional Intelligence Bisa mempercepat kelelahan, kontraproduktif jika tidak dikelola dengan baik.


V. Rekomendasi & Tampilan Autentik

Seimbangkan: Gunakan self-promotion dan ingratiation secara jujur dan wajar.

Bangun EM (Emotional Intelligence): Membantu mengelola citra tanpa kelelahan atau perilaku negatif.

Fokus pada konsistensi: Citra yang selaras dengan nilai dan kepribadian akan lebih tahan lama.

Waspadai efek negatif: Pencitraan berlebihan bisa menciptakan stres, disonansi atau reputasi buruk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH WAWANCARA GURU DAN SISWA

Ciri-Ciri Guru yang Enggan Mendampingi Peserta Didiknya di Sekolah

modul kelas 5