Apa Jadinya Jika Seorang Guru Enggan untuk Membersamai Anak Didiknya?

Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing, pendamping, dan teladan dalam perjalanan tumbuh kembang peserta didik. Namun, bagaimana jika seorang guru enggan untuk membersamai anak didiknya—baik secara emosional, sosial, maupun akademik? Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh siswa, tapi juga terhadap kualitas pendidikan secara keseluruhan.


1. Hilangnya Koneksi Emosional antara Guru dan Murid

Menurut Dr. Linda Darling-Hammond (pakar pendidikan dari Stanford University), “Hubungan emosional yang kuat antara guru dan murid adalah fondasi bagi pembelajaran yang efektif. Ketika guru hadir secara emosional, murid merasa aman untuk mengeksplorasi dan gagal.”

Sebaliknya, guru yang enggan membersamai akan menciptakan jarak psikologis. Anak merasa tidak dimengerti, tidak dihargai, dan pada akhirnya kehilangan motivasi belajar. Ini diperkuat oleh John Hattie (peneliti pendidikan dari Selandia Baru) dalam studinya “Visible Learning”, yang menunjukkan bahwa hubungan guru-murid berpengaruh besar pada hasil belajar.


2. Tumbuhnya Rasa Terasing dan Tidak Percaya Diri pada Siswa

Anak yang tidak mendapatkan pendampingan akan cenderung merasa sendiri dalam menghadapi tantangan belajar. Dr. Ratna Megawangi, tokoh pendidikan karakter di Indonesia, menyatakan bahwa “anak-anak belajar tidak hanya dari materi, tapi dari interaksi manusia. Bila guru tidak hadir secara utuh, maka anak kehilangan ‘cermin’ untuk mengenali potensi dirinya.”

Anak-anak yang merasa terasing akan lebih sulit berkembang secara sosial dan emosional, serta cenderung menarik diri dari proses belajar.


3. Potensi Anak Tidak Berkembang Optimal

Tanpa bimbingan dan dorongan dari guru, potensi anak bisa mandek. Banyak siswa memerlukan dukungan personal agar bisa “menemukan dirinya”. Dalam konteks ini, Prof. Sugata Mitra (pakar pendidikan asal India) menyebutkan bahwa “anak-anak punya kemampuan belajar sendiri, tapi mereka tetap butuh sosok dewasa yang percaya pada mereka dan membersamai mereka dalam proses tersebut.”

Ketika guru hanya hadir sebagai penyampai kurikulum tanpa kehadiran batin, maka proses pembelajaran menjadi mekanis dan kehilangan makna.


4. Meningkatnya Ketimpangan dan Ketidakadilan dalam Kelas

Guru yang enggan membersamai murid seringkali tidak peka terhadap kebutuhan unik tiap anak. Mereka cenderung menyamaratakan pendekatan dan mengabaikan perbedaan latar belakang siswa. Hal ini berpotensi meningkatkan ketimpangan, di mana hanya siswa yang sudah "siap" yang mampu berkembang, sementara siswa yang kesulitan dibiarkan tertinggal.

Menurut Howard Gardner, pencetus teori Multiple Intelligences, “setiap anak belajar dengan cara yang berbeda. Dibutuhkan kehadiran guru yang memahami dan membersamai agar keberagaman ini bisa diberdayakan, bukan disingkirkan.”


5. Hilangnya Fungsi Sekolah sebagai Ruang Tumbuh

Sekolah seharusnya menjadi ruang tumbuh, bukan hanya ruang hafalan. Guru yang enggan membersamai menjadikan sekolah terasa seperti tempat ujian semata, bukan ruang kolaboratif. Dalam jangka panjang, anak kehilangan pengalaman belajar yang bermakna.

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, pernah berpesan:

> “Anak-anak jangan dituntut melulu, tapi dibimbing, diberi semangat, dan dicontohkan. Guru yang tidak hadir bersama anak-anak akan kehilangan kekuatan mendidik.”

---

Kesimpulan

Guru yang tidak membersamai anak didiknya bukan sekadar kehilangan momen interaksi, tapi merusak keseluruhan proses pendidikan yang humanis dan transformatif. Kualitas hubungan antara guru dan murid sangat menentukan arah pertumbuhan intelektual dan emosional anak.

Maka, menjadi guru bukan hanya soal mengajar, tetapi menyertai—dalam suka, duka, gagal, dan bangkitnya seorang anak dalam proses menjadi manusia utuh.

---

Referensi


Darling-Hammond, L. (1997). The Right to Learn.


Hattie, J. (2009). Visible Learning.


Mitra, S. (2013). Build a School in the Cloud. TED Talk.


Gardner, H. (1993). Multiple Intelligences: The Theory in Practice.


Megawangi, R. (2004). Pendidikan Holistik Berbasis Karakter.


Ki Hajar Dewantara. Pemikiran dan Perjuangannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH WAWANCARA GURU DAN SISWA

Contoh Rencana Kegiatan Sekolah (RKS)

Ciri-Ciri Guru yang Enggan Mendampingi Peserta Didiknya di Sekolah