Cahaya dari sudut kelas

Di sudut kelas yang tak pernah tersorot, duduklah seorang siswa bernama Arga. Ia bukan yang paling pintar, bukan pula yang paling aktif. Namun, ia selalu datang paling pagi, mencatat paling rapi, dan belajar paling keras. Arga percaya, usaha tak akan mengkhianati hasil—dan lebih dari itu, ia berharap suatu hari gurunya akan melihat dan menghargai perjuangannya.


Setiap hari, Arga memperhatikan Bu Ratna, guru matematika yang terkenal tegas dan jarang tersenyum. Arga menyukai matematika sejak dulu, dan ia ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa. Ia mengerjakan PR tepat waktu, bahkan sering membantu teman-temannya yang kesulitan.


Namun, selama satu semester berlalu, tak pernah sekalipun Bu Ratna menyebut namanya. Nilainya bagus, tapi tak pernah jadi yang tertinggi. Arga mulai bertanya dalam hati, “Apa usahaku masih kurang?”


Suatu hari, kelas mereka mengadakan lomba cerdas cermat antar-kelas. Arga ditunjuk sebagai cadangan. Ia tetap semangat, membantu tim utama berlatih, membuat soal latihan, mencatat strategi. Tapi ketika hari lomba tiba, ia hanya duduk di pojok ruangan, menonton dengan diam.


Tiba-tiba, salah satu peserta utama sakit. Panik melanda tim. Tanpa banyak berpikir, Arga diminta menggantikan. Tangannya gemetar saat memegang mic. Tapi ketika soal demi soal dibacakan, jawabannya mengalir lancar dari mulutnya.


Tim mereka menang.


Seminggu kemudian, di depan seluruh kelas, Bu Ratna berdiri dengan selembar kertas di tangan.


“Anak-anak,” ucapnya, “aku ingin memberi apresiasi khusus kepada seseorang. Ia tidak banyak bicara, tapi diam-diam bekerja keras. Tanpa bantuannya, tim kita tak akan menang.”


Bu Ratna menatap langsung ke arah Arga. Untuk pertama kalinya, mata mereka bertemu.


“Terima kasih, Arga.”


Arga tak berkata apa-apa. Tapi dalam dadanya, ada hangat yang menyala. Bukan hanya karena dipuji, tapi karena akhirnya, usahanya terlihat. Harapannya yang dulu ia simpan rapat-rapat di sudut kelas, kini bersinar terang di hadapan semua.


Dan sejak hari itu, Arga tak lagi merasa sendiri. Ia tahu, setiap usaha punya waktunya sendiri untuk dihargai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH WAWANCARA GURU DAN SISWA

Contoh Rencana Kegiatan Sekolah (RKS)

skripsi Tesi Triani, S.Pd metode SQRQCQ