Sisa Cinta dari Ayah
Di bawah langit yang cerah, Amir duduk sendirian di bangku taman. Tangannya menggenggam sebuah buku tua yang sudah lusuh di pinggirannya. Buku itu adalah hadiah terakhir yang diberikan oleh ayahnya sebelum pria itu menghilang dari hidupnya, lima tahun yang lalu. Amir tidak pernah melupakan hari itu. Hari ketika ayahnya, yang selama ini menjadi satu-satunya pelindung dan sahabat sejatinya, pergi tanpa pesan. Hanya kata-kata yang berulang di benaknya: "Ayah akan kembali, nak. Suatu saat nanti." Namun, waktu berlalu dan ayahnya tidak pernah kembali. Saat itu, Amir masih berusia sembilan tahun. Dia ingat betul bagaimana ayahnya selalu mendongengkan cerita sebelum tidur, mengajaknya bermain bola di halaman rumah, dan menenangkan hatinya saat merasa takut akan kegelapan. Ayahnya adalah dunia bagi Amir, satu-satunya tempat di mana dia merasa aman dan dicintai. Namun, semua itu hancur ketika ayahnya pergi tanpa jejak. Amir tumbuh menjadi remaja yang pendiam, menyembunyikan luka yang ...